Insomnia dan Penyakit Lain | OTC Digest

Insomnia dan Penyakit Lain

Secara umum, ada insomnia primer dan ada yang sekunder. “Pada insomnia primer, orang tersebut sehat dan tidak ada faktor penyakit. Tapi, dia tidak bisa tidur. Setelah diselidiki, penyebabnya tidak diketahui. Kemungkinan genetik,” papar dr. Astuti, Sp.S (K) dari Klinik Gangguan Tidur RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.

Adapun insomnia sekunder bisa disebabkan oleh penyakit/masalah lain. Insomnia dan penyakit/keluhan lain memang saling berkaitan dan saling memengaruhi. Yang satu bisa menyebabkan yang lain dan sebaliknya. Seperti dilansir dari www.webmd.com, kesulitan tidur bisa muncul akibat berbagai kondisi seperti asma, depresi, cemas, maag/gastritis, obat-obatan dan konsumsi alkohol.

Ada pula insomnia akut dan kronis. Insomnia akut berarti terjadi dalam jangka pendek. Disebut kronis bila insomnia berlangsung setidaknya tiga malam dalam satu minggu selama sebulan atau lebih. Insomnia juga bisa datang dan pergi, dengan periode tertentu seseorang tidak mengalami masalah tidur.

Banyak hal bisa menyebabkan insomnia akut. Antara lain stres misalnya lembur, kehilangan pekerjaan, perceraian, atau kehilangan orang yang dikasihi. Bisa pula karena rasa tidak nyaman (fisik maupun psikis); pengaruh faktor lingkungan seperti suara bising, cahaya dan perubahan suhu ekstrim; obat-obatan seperti obat hipertensi dan alergi; terganggunya jadwal tidur misalnya jet lag; beberapa penyakit misalnya maag.

Insomnia kronis biasanya disebabkan oleh depresi dan/atau kecemasan (ansietas). Penyebab lain misalnya stres yang berlangsung lama/kronik, dan rasa nyeri atau tidak nyaman di malam hari. Misalnya sendi-sendi yang kaku akibat rematik.

 

Komplikasi insomnia

Diungkapkan oleh dr. Astuti, insomnia bisa menyebabkan penyakit metabolik seperti diabetes, kegemukan, dislipidemia (kadar lemak tidak normal), gangguan/serangan jantung, gagal ginjal. “Juga bisa berdampak pada kejiwaan. “Depresi karena tidak bisa tidur, sampai bunuh diri,” ucapnya. Risiko terhadap infeksi meningkat karena daya tahan tubuh turun.

Apa hubungan kurang tidur dengan kegemukan? “Kurang tidur akan memicu otak untuk memproduksi hormon ghrelin yang merangsang nafsu makan, sehingga kadarnya meningkat,” terang dr. Astuti.  Sebaliknya hormon leptin yang menekan nafsu makan, kadarnya turun. “Biasanya pada orang insomnia, kompensasinya ke makan,” imbuhnya. Tubuh jadi kian tambuh, makin susah tidur, seperti lingkaran setan.

Dampak insomnia tehadap kesehatan begitu kompleks, “Kualitas hidup menurun.” Tidak hanya menimbulkan berbagai penyakit fisik maupun psikis. Siang hari mengantuk, sulit fokus, emosi kacau, daya ingat menurun, sehingga performa kerja menurun. “Selain itu, banyak waktu dihabiskan untuk berobat ke rumah sakit, dan mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk berobat,” ujar dr. Astuti. (nid)

 

Bersambung ke: Mengatasi Insomnia