Kamran Siddiqi, University of York
Asap rokok merusak kesehatan ibu hamil serta bayi yang berada dalam kandungan.
Di negara berkembang, perempuan hamil memang biasanya tidak merokok—tapi mereka justru lebih terpapar asap rokok semasa hamil, menurut survei demografi dan kesehatan yang berlangsung di 30 negara berkembang dan diterbitkan dalam upaya pengendalian tembakau.
Terpapar asap rokok (menjadi perokok pasif) semasa hamil meningkatkan risiko bayi lahir mati, cacat lahir dan berat badan lahir rendah. Guna menanggulangi bahaya ini, banyak negara menegakkan kebijakan “bebas asap rokok”, misalnya dengan melarang merokok di tempat umum.
Di banyak negara Barat, yang masyarakatnya mendukung kebijakan ini, orang pun makin jarang merokok di tempat publik dan kantor. Bahkan ruang gerak mereka juga makin menyempit hingga ke rumah dan mobil saja.
Alhasil, bahaya menjadi perokok pasif pun berkurang di negara-negara maju. Contohnya, jumlah pasien anak yang dirawat karena asma telah jauh menurun.
Tetapi sayangnya, merokok di dalam ruangan—baik tempat publik maupun pribadi—masih jamak ditemui di negara berkembang. Ini menimbulkan risiko kesehatan bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan wanita hamil.
Penelitian kami, berdasarkan perkiraan nasional di 30 negara, adalah yang pertama kali melaporkan sejauh mana perempuan hamil di negara berkembang terpapar asap rokok.
Kami juga memperkirakan dampak paparan asap rokok terhadap kematian bayi dalam kandungan. Karena didasarkan pada survei pengakuan diri (self-reported survey), ada kemungkinan jumlah ibu hamil yang terpapar asap rokok sesungguhnya jauh lebih tinggi.
Menjadi perokok pasif dan bayi lahir mati
Di Armenia, Indonesia, Yordania, Bangladesh, dan Nepal lebih dari setengah perempuan hamil mengaku terpapar asap rokok di rumah.
Di Mesir, Pakistan dan Sierra Leone, kondisinya beda tipis: lebih dari 40 persen perempuan hamil telah terpapar asap rokok, hampir setiap hari.
Di Pakistan sendiri, paparan asap rokok telah menyebabkan sekitar 17.000 kematian bayi dalam kandungan dalam setahun.
Di 13 negara, perempuan hamil yang terpapar asap rokok 10 kali lebih banyak ketimbang perempuan hamil yang merokok, sehingga dampaknya luar biasa terhadap jumlah kematian bayi dalam kandungan.
Di Pakistan, hanya 1 persen bayi lahir mati karena ibunya merokok saat hamil. Tapi 7 persen bayi lahir mati karena ibunya menjadi perokok pasif, akibat begitu banyaknya perempuan hamil yang terpapar asap rokok di rumah.
Baca juga: Gerakan masyarakat sipil mendorong pengendalian rokok di Indonesia lemah, mengapa?
Temuan kami menunjukkan, merokok adalah penyebab polusi udara dalam rumah di negara berkembang.
Dampaknya terhadap bayi lahir mati mirip dengan penggunaan bahan bakar biomassa untuk memasak dan pemanas ruangan, yang juga sumber utama polusi udara dalam ruangan.
Di banyak negara berkembang, perempuan hamil memang biasanya tidak merokok (karena merokok adalah pantang bagi perempuan). Tapi masih banyak laki-laki yang mereokok.
Dan di negara berkembang, kesadaran akan bahayanya terpapar asap rokok juga sering kali rendah. Budaya patriarki juga membuat perempuan kesulitan menegur laki-laki yang merokok di dekatnya.
Karena itu, mungkin saja tingginya tingkat paparan asap rokok semasa kehamilan di negara berkembang ada kaitannya dengan kebiasan merokok pada laki-laki.
Mengatasi krisis kesehatan
Menerapkan undang-undang bebas asap rokok harus tetap menjadi prioritas untuk merintangi paparan asap terhadap mereka yang tidak merokok di negara berkembang.
Ini meliputi kebijakan untuk mewujudkan lingkungan bebas asap rokok di apartemen atau rumah susun, di kendaraan dan di ruang publik terbuka seperti area bermain anak-anak.
Langkah penting pertama yang dapat diambil adalah mengakui bahwa melindungi ibu hamil dari paparan asap rokok merupakan kunci bagi peningkatan kesehatan ibu dan anak.
Para ahli kesehatan yang menangani perempuan hamil seharusnya peduli tentang masalah ini dan lebih aktif memberikan saran dan dukungan kepada ibu hamil yang terpapar asap rokok.
Kamran Siddiqi, Professor Global Public Health, University of York
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
__________________________________
Ilustrasi: Shutterstock.com