Demam Tifoid, Apa dan Bagaimana | OTC Digest

Demam Tifoid, Apa dan Bagaimana

Demam tifoid disebut juga typus abdominalis atau tifus merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat daerah berkembang setelah diare, berhubungan dengan kebersihan lingkungan.

Tifus merupakan infeksi akut yang terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam antara 7-14 hari. Disebabkan oleh inveksi bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi.

Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Masuk ke tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Sebagian kuman mati oleh asam lambung, namun sebagian lagi masuk ke usus halus dan mulai berkembang biak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat kejadian demam tifoid mencapai 16-33 juta, dengan 500-600 kematian tiap tahunnya. Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi. Diperkirakan kejadian di daerah pedesaan sebanyak 600.000 kasus/tahun dan 1.5 juta kasus per tahun di perkotaan.

Anak-anak adalah yang paling rentan terinfeksi bakteri Salmonella typhi karena sistem kekebalan yang belum kuat. Namun begitu orang dewasa pun berisiko. Prof. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, menjelaskan, syarat utama dinamakan demam tifoid adalah demam yang naik turun, terutama malam hari biasanya berlangsung 5-7 hari. Bisa juga memiliki gejala tambahan berupa mual, muntah dan susah buang air besar.

Banyak orang mengartikan sakit tifus awalnya sebagai gejala tifus padahal tidak tepat. “Orang yang baru gejala tifus sebenarnya sudah terkena penyakit tifus hanya stadiumnya saja yang berbeda,” papar Prof. Ari.

Setelah bakteri tertelan ia masuk ke pencernaan dan aliran darah yang dibawa oleh sel darah putih (leukosit). Kemudian berkembang biak di hati, sumsum tulang belakang (tempat produksi leukosit) dan limpa untuk kembali diedarkan bersama leukosit. Di sini penderita menunjukkan gejala seperti demam, sakit kepala dan sakit perut – biasanya pada minggu kedua.

Bakteri akan berkembang biak di saluran air empedu atau hati, dan menuju usus besar dan keluar bersama kotoran. Bakteria ini dapat bertahan hidup sampai beberapa minggu dalam saluran pembuangan atau tinja yang kering. Dari sanalah bermula lagi siklus bakteri Salmonella typhi.

Sekitar 3-5 % penderita akan menjadi pembawa / carriers bakteri setelah sembuh dari sakitnya. Dalam jangka panjang mereka inilah yang akan menjadi pembawa kuman dan menularkan pada orang lain.

Umumnya dalam mendiagnosis penyakit tifus dilakukan pemeriksaan tes darah untuk melihat apakah ada antibodi yang dihasilkan oleh tubuh dari bakteri Salmonella typhi. Jika kuman tersebut sudah masuk ke dalam pembuluh darah, maka hasil tes darahnya akan positif.

Hasil laboratorium akan menunjukkan leukosit penderita umumnya rendah dibawah rata-rata normal orang dewasa yang 6000 – 10000 / mm³. Selain itu ditunjang pemeriksaan lain.

Pemeriksaan Widal

Demam tifoid pada minggu pertama kerap kali tidak menunjukkan gejala spesifik. Karena itu diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan. Salah satu yang kerap digunakan adalah tes widal.

Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan serologi (melihat reaksi antigen dan antibodi). Uji widal positif artinya ada zat anti (antibodi) terhadap kuman Salmonella, menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi kuman Salmonella tipe tertentu.

Terdapat pengertian yang keliru dengan tes widal positif yang diulang setelah pengobatan; dianggap masih menderita tifus. Setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil uji widal tetap positif sekitar 5 hari atau lebih.

Penilaian tes widal berdasarkan hasil titer yang bekelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 dan 1/640. Jika terjadi peningkatan nilai titer uji widal selama 4 x atau 2-3 minggu maka dinyatakan positif tifus.

Namun, jika dalam pemeriksaan pertama hasil menunjukkan nilai 1/320 atau 1/640 ditambah gejala klinis yang khas penderita akan langsung dinyatakan positif tifus.

Uji Widal didasarkan pada antigen O (badan) dan antigen H (semacam ekor sebagai alat gerak ) bakteri Salmonella, yang akan menimbulkan reaksi antibodi ketika masuk ke dalam tubuh.

“Tes widal dengan titer O >1/320 atau titer H >1/640 mengarah adanya infeksi demam Typhoid,” jelas Prof. Ari. Artinya dalam darah mengandung antibodi terhadap antigen O dan H yang merupakan bagian dari bakteri Salmonella.

Pemeriksaan laboratorium lain yang juga cukup akurat dan sudah umum dilakukan dalam praktek klinik saat ini adalah pemeriksaan IgM Salmonella (Tubex TF).

Gejala klinis

Gejala yang dialami anak-anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Rerata masa inkubasi 7– 14 hari. Setelah masa inkubasi mulai timbul gejala seperti lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.

Kemudian berlanjut dengan gejala lain seperti:

  1. Demam. Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung sampai 3 minggu. Bersifat terus menerus dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya turun di pagi hari, naik lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
  2. Ganguan saluran pencernaan. Ditandai dengan napas bau, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah ditutupi selaput putih (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Kadang ditunjukkan dengan perut kembung dan nyeri ketika dipegang karena pembesaran hati dan limpa. Dapat pula ditambah dengan diare atau bahkan konstipasi.
  3. Penurunan kesedaran umum terjadi namun tidak sampai seperti bingung, tidak bisa memusatkan konsentrasi dan halusinasi. 
  4. Gejala lain yang bisa timbul adalah bintik kemerahan (rose spot) di perut bagian atas. Namun gejala ini jarang didapati.

Istirahat Total

Penyembuhan penyakit tifus ini adalah untuk menghilangkan bakteri yang masuk di tubuh. Karena itu penderita harus istirahat total dan tidak banyak bergerak agar panas badan cepat turun. Ketika banyak bergerak membuat suhu badan naik dan kuman akan terus berkembang biak masuk ke dalam darah.

Dianjurkan mengonsumsi makanan yang minim serat, tidak selalu makanan lembek seperti bubur. Karena sayuran sulit dicerna usus yang saat itu sedang terinfeksi. Usus terluka karena infeksi bakteri sehingga membuatnya lebih lemah. (jie)