Sebentar lagi sebagian besar masyarakat Indonesia akan melakukan perjalanan mudik. Jalur darat, baik menggunakan kendaraan roda dua, roda empat atau kereta api menjadi moda transportasi yang paling banyak dipilih. Salah satu ancaman kesehatan yang mengintai saat melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman adalah diare. Beberapa hal ini dapat Anda lakukan untuk mencegah diare dalam perjalanan.
Disebut diare dalam perjalanan (traveler’s diarrhea) bila seseorang yang bepergian merasa ingin ke “belakang” 3x atau lebih dalam 24 jam. Kadang dibarengi dengan kram perut, mual dan kembung. Hal ini kerap terjadi saat berkunjung ke tempat dengan perbedaan iklim, kondisi sosial atau standar sanitasi yang berbeda dengan tempat kita tinggal, risiko mengalami biasanya diare meningkat.
Diare bisa terjadi 4 hari sampai 2 minggu, setelah sampai di lokasi yang dituju. Di belahan dunia yang lain, traveler’s diarrhea memiliki sebutan yang unik, seperti Turista di Mexico, karena biasa menyerang turis.
Hal ini biasanya disebabkan karena mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau parasit. Ditambah lagi, selama dalam perjalanan tubuh merasa lelah, membuat daya tahan menurun.
Menurut Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), dalam perjalanan memang ada kecenderungan untuk membeli makanan atau minuman, yang home made atau yang dalam kemasan. “Padahal keamanan dan kebersihan makanan itu perlu dipertanyakan,” katanya.
Sekitar 80% penyakit diare, disebabkan oleh bakteri E. coli, khususnya bakteri Enterotoxigenic E. coli (ETEC). Atau, oleh Rotavirus dan virus Norwalk. Bisa juga karena parasit Cyclospora cayetanensis, yang menginvasi sel-sel epitel (jaringan dasar) usus halus.
Disebut diare ketika feses (tinja) berbentuk seperti bubur (encer dan lunak), disertai perubahan frekuensi BAB yakni lebih dari 3 x sehari (>200 cc / hari). Disertai dengan badan lemah, lesu, muntah, dan tidak nafsu makan. Pada fase yang lebih parah, bisa disertai feses berdarah dan / berlendir.
Minuman yang aman
Kabar baiknya, diare dalam perjalanan tergolong ringan, jarang yang sampai berubah menjadi gawat. “Diare sebenarnya masalah sepele, tapi bisa sangat mengganggu kalau waktunya tidak tepat. Ini berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh anak atau orang tua,” kata dr. Ari.
Walau penyakit ringan, diare bisa menyebabkan dehidrasi. Sebagian besar diare akut (mendadak), bisa sembuh hanya dengan pemberian cairan dan meneruskan pemberian makanan yang bersih. Inti dari pengobatan diare adalah memberikan/minum cairan, untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Disarankan minum dalam jumlah sedikit, namun sering. Hindari minuman yang mengandung kafein, karena dapat memancing keluarnya urin. Hindari pula minuman yang manis (banyak mengandung gula), karena bisa memperburuk diare.
Yang paling aman adalah minum oralit. Jangan gunakan minuman olahraga sebagai pengganti oralit, karena minuman seperti itu fungsinya untuk mengganti elektrolit yang keluar melalui keringat saat olahraga.
Pilih minuman dalam kemasan yang tersegel utuh. Jika harus minum air, didihkan air selama 1 menit dan biarkan dingin dalam suhu ruangan, dan jangan tambahkan es.
Selain itu, pilah dan pilih jenis makanan dan tempat makan. Pilih makanan yang sudah dimasak matang. Hindari sayuran mentah, daging atau makanan laut yang setengah matang atau mentah. Produk susu dan turunnannya seperti es krim, tergolong yang berisiko tinggi menyebabkan diare. (jie)