Bunuh diri dan gangguan bipolar | OTC Digest

Bunuh diri dan gangguan bipolar

Gangguan bipolar menempati posisi kedua penyebab disabilitas pada mereka dengan gangguan mental. Kejadian bunuh diri pada penderita bipolar 15 kali lipat dibandingkan orang tanpa gangguan.

Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan jiwa yang bersifat episodik (berulang), ditandai dengan gejala depresi dan manik / hipomanik. Bipolar sering berkembang di akhir masa remaja atau dewasa awal.

Mereka dengan gangguan bipolar yang sedang dalam episode depresi berpotensi melakukan tindakan bunuh diri. Tercatat sebanyak 10-20% penderita bipolar meninggal akibat bunuh diri, dan 30% kasus gangguan bipolar pernah mencoba bunuh diri.

Menurut dr. Nova R. Yusuf, SpKJ, Ketua Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) cabang Jakarta Raya (Jaya), gangguan jiwa menjadi penanda utama kesengsaraan di negara maju. Kesengsaraan bisa memicu reaksi bunuh diri.

“Menurut data tahun 2015 kejadian bunuh diri pada anak SMP/SMA adalah 4,3% (pria) dan 5,9% (wanita). Survei lain di Jakarta menyatakan 18,6% pelajar pernah punya pikiran untuk bunuh diri,” papar dr. Nova dalam acara Peluncuran Boneka Hagi Untuk Orang Dengan Gangguan Bipolar, Hug, Help, Solve The Puzzle!, di Jakarta (20/3/2018) lalu.

Keinginan bunuh diri pada penderita bipolar bisa muncul ketika mendapat tekanan, seperti beban pekerjaan, studi, tekanan emosional dalam keluarga, dll.

Baca juga : Peran Keluarga Bagi Penderita Bipolar

“Sebenarnya penderita bipolar yang dalam episode depresi dan memiliki pikiran untuk bunuh diri kerap memberikan tanda-tanda kepada orang di sekitarnya. Namun orang yang dicurhati tersebut kerap tidak menganggap serius tanda-tanda tersebut,” ujar dr. Hervita Diatri, SpKJ(K), dalam kesempatan yang sama.

Risiko untuk bunuh diri pada orang dengan gangguan bipolar meningkat jika mereka tidak mendapatkan pengobatan. Demikian pula jika pengobatan tidak optimal, risiko kekambuhan (depresi atau manik) tinggi; pikiran untuk bunuh diri kembali muncul.

Berikut tanda-tanda peringatan bunuh diri yang harus dicermati menurut The National Institute of Mental Health :

  • Membicarakan tentang tindakan bunuh diri.
  • Selalu membicarakan atau memikirkan tentang kematian.
  • Memberitahukan bahwa dirinya merasa putus asa, tidak berdaya atau berharga.
  • Mengatakan hal-hal seperti “akan lebih baik kalau aku tidak ada” atau “aku ingin kabur, pergi dari semua ini”.
  • Memburuknya gejala depresi yang dialami.
  • Perubahan emosi mendadak dari sangat sedih menjadi sangat tenang, atau terlihat bahagia.
  • Memiliki keinginan untuk mati atau melakukan berbagai tindakan berbahaya yang bisa menyebabkan kematian, seperti mengemudi menerobos lampu merah.
  • Kehilangan minat pada berbagai hal yang biasanya disenangi atau dipedulikannya.
  • Mengunjungi atau menelepon orang-orang yang disayanginya.
  • Menyelesaikan berbagai permasalahan atau mengubah wasiat. (jie)