Bukan pengidap kanker, tapi Wulan Lorraine Guritno dekat dengan penyakit ini. Ia merasa sangat kehilangan atas meninggalnya Julia Perez karena kanker serviks, dan Yana Zein oleh kanker payudara. Ia berharap tak akan ada lagi karibnya sesama artis yang meninggal karena kanker.
Kelahiran London 36 tahun lalu ini tak hanya berdoa. Ia melakukan kegiatan nyata. Pada Oktober 2014, bersama sahabatnya Amanda Soekasah dan Janna Soekasah, ia menggagas aksi kepedulian bertajuk Bracelet of Hope (gelang harapan).
Mereka menjual gelang dari kain sisa rancangan desainer Ghea Panggabean. Berhiaskan logam bertuliskan HOPE (Hold on Pains Ends); bertahanlah, rasa sakit akan berakhir. Saat ini selain gelang, ada aksesoris kalung dan kaus. Seluruh hasil penjualan disumbangkan ke yayasan-yayasan kanker.
“Sebenarnya ini harapan masyarakat luas. Kami hanya memfasilitasi dengan gelang. Kasarnya ini semacam ‘kuitansi’, untuk menunjukkan kepedulian dan cinta pada mereka yang lagi berjuang melawan kanker,” papar kelahiran 14 April 1981 ini.
Baginya, aksi gelang harapan mempunyai dua tujuan. Pertama, memberi dukungan moral pada pejuang dan penyintas (warrior & survivor) kanker. Kedua, membantu yayasan-yayasan kanker memberikan informasi yang benar tentang kanker kepada khalayak. Itulah, mengapa gerai Bracelet of Hope didirikan di pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta.
Tahun berikutnya (2015) Wulan dan teman-teman menggagas aksi #HoldMyHandForHOPE, kampanye waspada kanker anak. Gerakan ini membuat lebih dari 3000 pasang tangan bergandengan dan memecahkan rekor MURI. Pesan yang ingin disuarakan adalah, “Kamu tidak sendirian, jangan menyerah.”
Komitmen Wulan dan teman-teman berlanjut pada produksi film “I Am Hope” tahun 2016. Harapannya, keuntungan dari film bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah singgah bagi penderita kanker kurang mampu, yang sedang menjalani pengobatan. Sayang keinginan ini belum terwujud. Sebagai gantinya, disediakan mobil jemputan bagi penderita kanker yang akan berobat ke rumah sakit. Sempat dilakukan aksi Journey of Hope dari kota ke kota (Trenggalek, Malang, Surabaya, Makassar, Medan, dll).
Tahun ini bersama Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN), diadakan acara Dance for Cancer, bersamaan dengan Hari Kanker Sedunia 4 Februari. Saat tampil di atas panggung berkaus putih bertuliskan ”I Am HOPE”, artis berdarah campuran Jawa-Inggris ini berkata, “Senang melihat kita semua kumpul di sini. Kita sesama manusia harus saling mengasihi. Walau tidak saling kenal, kita kumpul untuk memberi support kepada para warrior dan survivor kanker. Menari memberi aura positif yang bisa dirasakan bersama-sama.”
Central Park Mall di Jakarta Barat tempat berlangsungnya acara dipenuhi ribuan orang. Ada yang membawa tulisan motivasi, seperti “Kanker bukan pilihanku, mengalahkannya adalah usahaku”, “Dalam setiap kesulitan, selalu ada harapan”. Pengunjung bisa melakukan pemeriksaan kanker payudara dan serviks, antara lain pemeriksaan pap smear, cek USG atau mamografi. Gratis.
“Kanker serviks adalah kanker yang paling bisa dicegah, dengan vaksin. Deteksi dini lewat pap smear. Lebih baik dilakukan pada anak yang sudah cukup umur (remaja), yang belum pernah berhubungan seks atau melahirkan. Pencegahan akan lebih maksimal,” tutur istri Adilla Dimitri ini.
Semua orang punya sel kanker
Menurut pakar kesehatan, setiap orang pada dasarnya memiliki sel kanker, yang bisa bermutasi menyebabkan kanker ganas atau tidak; tergantung bagaimana orang itu menjaga diri. Maka, mencegah kanker wajib dilakukan semua orang.
“Saya dulu takut datang ke rumah sakit. Setelah aktif di kegiatan ini dan bertemu banyak dokter, saya sadari pentingnya deteksi dini. Kalau kanker terdeteksi lebih cepat, kemungkinan sembuh lebih besar.”
Belum lama ini ia melakukan serangkaian tes untuk deteksi dini kanker. Ia mengunggah foto saat sedang melakukan pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging). Foto diberi caption, “Saya nyempetin check up lengkap. 1. Screening kanker payudara*USG payudara. 2. Sreening kanker otak *(MRI MRA). 3. Screening kanker leher rahim * Pap smear. 4. Vaksin HPV 3 x.” Hal yang sama diterapkannya pada anak tertua, Shaloom Razade Syach (19 tahun). “Dia sudah vaksin HPV kedua. Sebentar lagi mau yang ketiga,” ujar Wulan.
Menerapkan gaya hidup sehat masuk dalam list, sejak melahirkan anak pertama. Menjaga makan dan olahraga adalah wajib. Senin sampai Jumat ia menerapkan makan sehat; perbanyak buah dan sayur. Sudah lebih dari setahun Wulan memperbanyak minum air putih. Sehari bisa minum sampai empat botol air putih ukuran satu liter. Makan junk food hanya di akhir pekan, “dan Pap smear rutin 6 bulan sekali.”
Sejak jadi orangtua, ia merasa punya tanggung jawab. “Saya ingin panjang umur, ingin sehat supaya bisa kasih fasilitas buat anak-anak. Jadi, ibunya harus dalam kondisi sehat jasmani rohani,” tutur ibu 3 anak ini. Sesekali ia hang out bersama teman-teman; ngopi, ngobrol, jalan-jalan.
Duta olahraga
Gemar olahraga membuat Wulan bersama beberapa artis lain menjadi Duta Ayo Olahraga Kemenpora RI. Kick boxing, salah satu olahraga kegemarannya, dia sebut sebagai olahraga all in one karena mampu melatih stamina, refleks sekaligus membentuk otot lengan, kaki dan perut. Ia rutin latihan tiap dua hari. "Saya tidak punya banyak waktu. Kalau lari, terus gym, perlu waktu banyak. Jadi aku pilih kick boxing."
Sebelum mencoba olahraga bela diri ini, ia sempat belajar silat dan taekwondo. Lewat beladiri, “Selain mendapat kebugaran, saya kuat secara mental karena belajar tentang sportifitas, ketekunan dan kesabaran.”
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya; anak kedua dan ketiga, London Abigail Dimitri (7 tahun) dan Jeremiah Alric Dimitri (6 tahun) senang beladiri taekwondo. Wulan sudah membangun dojo di rumahnya, agar tetap bisa berlatih bela diri.
Tentang predikat barunya sebagai Duta Ayo Olahraga, “Saya senang dan merasa terhormat dipercaya menjadi duta olahraga. Saya makin bersemangat untuk mengajak teman-teman artis dan masyarakat mencintai olahraga dan berolahraga.” (jie)