Linda Gumelar: SADARI Seharusnya Masuk Pelajaran Sekolah | OTC Digest
linda_gumelar_sadari

Linda Gumelar: "SADARI Seharusnya Masuk Pelajaran Sekolah"

Botak, kulit gosong kehitaman, kemudian meninggal. Karena gambaran yang menakutkan itu, ‘Penderita kanker payudara nggak mau periksa. Lebih baik tidak tahu. Kalaupun tahu, banyak yang memilih berobat ke mana-mana,” ujar Linda Gumelar.

Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang juga penyintas kanker payudara ini gemas; sebagian besar penderita kanker datang sudah stadium lanjut. Keberhasilan pengobatan tidak terlalu baik, dan biayanya mahal. “Kalau datang lebih awal, pasien tertolong,” ujarnya.

Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) yang dipimpinnya, aktif mengampanyekan SADARI (periksa payudara sendiri). “SADARI seharusnya masuk pelajaran sekolah, sejak anak gadis mulai menstruasi.” Kampanye di sekolah, duta yang bicara sebab, “Kalau yang ngomong nenek-nenek kayak  saya, anak-anak mana mau dengar, ha ha ha.” YKPI menggandeng figur publik seperti Rossa dan Raline Shah.

Linda menilai, video kampanye Rumpian Beha yang tayang di YouTube sejak 2015, sangat membantu kampanye SADARI. “Penyampaiannya jelas, tidak porno, nyaman karena lucu dan menarik.”

Edukasi tentang kanker perlu cara khusus. Juga bila menjadi pendamping pasien kanker dan keluarganya. Linda menceritakan pengalamannya saat jadi pasien. “Begitu pendamping pulang, saya merasa terpuruk dan sendirian, karena komunikasinya kurang tepat,” kenangnya. YKPI memberi pelatihan bagi pendamping. Modul pelatihan mencakup pengetahuan tentang kanker payudara, komunikasi dan psikologi. Tiap tiga tahun dievaluasi, “Apakah masih patut jadi pendamping bersertifikat.”

Linda terenyuh saat berjumpa dengan 700-an penyintas kanker payudara se-Indonesia, bulan Oktober tahun lalu (2016). Mereka bahagia berkumpul dengan komunitasnya. “Ada ibu yang diantar suami pakai kursi roda,” kenang Linda. Si ibu akhirnya meninggal dunia, tapi, “Alhamdulillah dia bisa meninggal dengan senyum” (nid)