Titiek Puspa sembuh dari kanker ovarium stadium 3. Penyanyi dan pencipta lagu itu mengatakan, ia sembuh karena meditasi. Setelah menjalani kemoterapi di Singapura, Titiek Puspa melakukan meditasi di kediaman Ny. Agnes Ambar Hemaloka. Bermeditasi 5x1 jam/hari selama 13 hari, Titiek Puspa merasa bahagia yang amat sangat dan kondisi kesehatannya dirasakan membaik. Kontrol ke RS di Singapura tiga bulan kemudian, berikutnya dan berikutnya lagi, dokter menyatakan Titiek sudah “clean” dari kanker.
Menurut Ny. Hemaloka, “Ibu Titiek Puspa sembuh bukan karena saya, tapi karena dirinya sendiri. Beliau itu luar biasa.” Ia tidak merasa sebagai “guru meditasi” Titiek Puspa, karena praktis baru mengenal artis senior itu sekembali Titik menjalani 4x kemoterapi dan radioterapi di Singapura (OTC Digest, edisi Februari 2014).
Ibu 2 anak dan nenek 3 cucu ini tak hendak mengesankan diri sebagai guru spiritual atau suhu meditasi. Ia mulai mendalami meditasi di usia 50 tahun. Belasan tahun ia belajar dari beberapa guru. Banyak cara meditasi dan menurutnya, “Semua meditasi itu baik.”
Di rumahnya di komplek perumahan Sunrise Garden, Kedoya Utara, Jakarta Barat, ia tidak secara khusus membuka praktek penyembuhan dengan metode meditasi. Kadang ada yang menelepon dan menceriterakan gangguan kesehatan yang diderita. Atau sedang galau karena masalah tertentu. “Saya katakan, datang saja ke rumah. Kita meditasi bersama,” katanya.
Tamunya ada yang mengidap lupus, kanker, stroke, pembuluh jantung tersumbat dan lain-lain. Setelah beberapa kali meditasi, ada pasien yang tidak jadi operasi by pass, atau batal pasang ring. Ada yang berkata: masa hanya dengan duduk diam, penyakit bisa sembuh? ”Untuk sehat kembali, pikiran harus tenang. Ikhlas, pasrah,” katanya. Penyakit seperti kanker stadium akhir, untuk sembuh bisanya sulit.
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-5558250093512339"
data-ad-slot="1676345455"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
Kadang, Ny. Hema mengajar meditasi ke kota lain. Ada gereja Katolik yang meminta untuk mengajari para biarawati. “Mereka cepat belajar,” katanya. “Mungkin karena secara spiritual mereka lebih siap.” Untuk mewadahi mereka yang pernah meditasi bersama, dibentuk Kemuning (Kelompok Meditasi Menuju Hening). Secara berkala, mereka yang berasal dari lintas entis dan lintas kepercayaan meditasi bersama sebulan sekali.
Baca Juga: Skrining Kanker Di Puskesmas
Doa tanpa kata
Menurut Ny. Hemaloka, meditasi adalah menyatukan dua meridian utama dalam tubuh, untuk menjadi chi (power, kekuatan). Saat meditasi, semua perasaan negatif seperti iri, dengki, benci, marah, dendam, stres dan lain-lain perlu dihilangkan.
Metode meditasi Ny. Hemaloka, seseorang cukup duduk di lantai atau di kursi. Punggung tegak lurus. Kedua tangan di atas paha. Mata terpejam. Posisi lidah bagian atas menempel ke langit-langit mulut, atau tekuk lidah ke atas. Tarik napas seperti biasa dan hembuskan napas ke arah ulu hati. Hilangkan semua pikiran negatif. “Lakukan 20-30 menit atau satu jam pagi hari, sore atau kapan saja,” ujarnya.
Samakah meditasi dengan berdoa seperti dalam ajaran agama? “Berdoa, lakukan sebelum meditasi,” Ny. Hemaloka. “Meditasi itu doa tanpa kata-kata.” Bagaimana menjelaskannya bahwa meditasi dapat menyembuhkan penyakit seseorang? “Pada dasarnya, tubuh manusia dapat menyembuhkan dirinya sendiri,” ujarnya. “Meditasi juga dapat dimanfaatkan untuk bermacam kebutuhan. Misalnya memunculkan ide-ide kreatif.”
Dr. Shigeo Haruyama, dokter spesialis bedah saluran pencernaan dari Jepang dan penulis buku best seller “The Miracle of Endorphin” menyatakan, “Meditasi adalah inti seni penyembuhan Timur.” Baginya, meditasi bukan semata “mengosongkan isi kepala”. “Jika ada sesuatu yang merasuk ke dalam pikiran, dan kita merasa nyaman, itu juga bentuk meditasi,” katanya.
Maka, ia sering meditasi sambil berjalan, bukan hanya duduk diam menenangkan diri. Berdasar pengalamannya, duduk diam kurag dapat memunculkan pikiran-pikiran baik. Katanya, “Pikiran yang indah dan kreatif lebih banyak muncul saat meditasi sambil berjalan. Meditasi sambil berjalan efektifitasnya bisa 3-4 kali lipat.”
Seperti Dr. Shigeo, Ny. Hemaloka berpendapat stres merupakan akar segala penyakit. Stres membuat sistem kekebalan tubuh terganggu. Sebaliknya, sikap mental positif, gembira, bahagia, dapat memperpanjang umur dan menjauhkan penyakit.
Dan, meditasi saja tidak cukup. Perlu diet (mengatur pola makan). Ny. Hemaloka biasa mengonsumsi tomat, alpukat, jahe, jamur kuping. Kita bisa mengonsumsi makanan sehat apa saja yang disukai.
Baca juga : Titiek Puspa Sembuh Tanpa Jampi-Jampi