Waspadai Wanita Lebih Rentan Kena Hipotiroid | OTC Digest

Waspadai Wanita Lebih Rentan Kena Hipotiroid

Ny. Karlina (40 tahun) sudah lebih dari 4 bulan mengeluh gampang capek, berat badan turun padahal ia tidak mengurangi makan. Ia juga susah konsentrasi, sehingga sebagai guru hal itu sangat mengganggu.

Sekitar 300 juta orang di dunia mengalami gejala ini dan separuhnya tidak menyadari masalah yang mereka hadapi. Gejala tersebut bisa jadi disebabkan oleh gangguan fungsi kelenjar tiroid. Tugas utama kelenjar tiroid adalah mengumpulkan yodium dari darah, untuk diproduksi menjadi hormon tiroid. Hormon ini merupakan pengendali utama pertumbuhan dan metabolisme tubuh.

Gejala khas adanya gangguan kelenjar tiroid, adalah pembesaran kelejar tiroid atau yang dikenal dengan gondongan / goiter. Pada kasus Ny. Karlina, ia mengalami kekurangan hormon tiroid atau hipotiroid.

Wanita lebih kerap terkena hipotiroid dibanding pria. Penyebabnya, wanita lebih kerap mengalami perubahan hormon berhubungan dengan haid, hamil, menyusui. Semua itu berhubungan dengan kerja hormon tiroid.

Selain itu karena proses autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh merusak kelenjar tiroid. Penyakit ini disebut Tiroiditis Hashimoto. Karena kelenjar tiroid rusak, kemampuan memroduksi hormon tiroid berkurang.

Menurut dr. Imam Subekti, Sp.PD, dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, Jakarta, dari  300-an pasien dengan gangguan tiroid yang datang ke RSCM per bulan, 10%-nya adalah hipotiroid. “Biasanya, penderita hipotiroid merasa lemas, lesu, maunya tidur dan tidak bisa berpikir, sehingga produktivitas menurun,” ujar dr. Imam.

Hormon tiroid memroduksi hormon T3 dan T4, yang dibutuhkan untuk metabolisme hati, ginjal, jantung dan otot lurik. T3 meningkatkan konsumsi oksigen dan reaksi eksoterm (reaksi kimia yang menghasilkan kalori) diberbagai jaringan tubuh. Juga menstimulasi tubuh untuk mengurai glukosa, lemak dan protein.

Produksi T4 dan T3 diatur oleh banyaknya thyroid stimulating hormone (TSH), yang dilepaskan kelenjar pituitari dan diterima kelenjar tiroid.

Hipotiroid pada ibu hamil berisiko ganda: mengenai ibu dan bayinya. Perkembangan otak janin terganggu, sehingga berisiko menurunkan intelektual anak. Studi tahun 1999 menunjukkan, ibu hamil dengan hipotiroid akan melahirkan anak dengan nilai IQ 4 poin lebih rendah dibanding anak normal.

Umumnya, hipotiroid pada ibu hamil terjadi karena kekurangan yodium. Selain itu, sekitar 10% ibu hamil memroduksi antibodi yang menyerang kelenjar tiroidnya sendiri pada awal kehamilan, disebut  anti TPO-Ab (Anti Thyroid Peroxidase Antibody). 

Gejala hipotiroid pada ibu hamil sulit dideteksi. “Gejalanya bisa bersamaan dengan keluhan hamil,” tambah dr. Imam.

Skrining perlu dilakukan untuk melihat kadar hormon TSH dan T4. Pengobatan dilakukan untuk mengganti kekurangan hormon tiroid. Jika karena defisiensi yodium, diberikan suplemen yodium sampai gondok mengecil. Bila penyebabnya Tiroiditis Hashimoto, perlu suplemen hormon tiroid dalam bentuk pil harian. (jie)