“Vaksin HPV (Human Papilloma Virus) menyebabkan menopause dini.” Broadcast message ini cepat sekali menyebar. Untuk meyakinkan penerima pesan berantai di media social, ada kata-kata, “Coba, kenapa vaksin HPV diberikan kea anak SD, bukan kepada perempuan yang sudah berkeluarga.”
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr. Koesmedi Priharto, Sp.OT, MKes, menyatakan bahwa vaksin HPV dimaksudkan untuk mencegah kanker serviks (leher rahim). Ia menyatakan bahwa vaksin HPV aman. “Sampai saat ini, tidak ada bukti vaksin HPV menyebabkan menopause dini,” ujarnya.
Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG (K), menyatakan hal senada. “Kami klarifikasi, tidak ada hubungan vaksinasi ini dengan menopause dini,” katanya. Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia ini menjelaskan, vaksin HPV dibuat dari kulit/cangkang virus, tidak ada DNA virusnya, sehingga tidak menyebabkan infeksi. Protein pada cangkang HPV yang kemudian merangsang pembentukan antibody. “Efek sampingnya ringan; hanya sakit atau bengkak sedikit di lokasi penyuntikan,” imbuhnya.
Vaksinasi HPV sudah masuk program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), diberikan ke seluruh siswi kelas 5 SD (negeri dan swasta) dan madrasah/sederajat. Vaksin diberikan dosis pertama saat kelas 5 SD, dosis berikutnya 6 bulan kemudian. Jakarta menjadi lokasi percontohan, dimulai Oktober 2016, dan akan dilakukan di dua kabupaten di Yogyakarta.
Kota Denpasar (Bali) sudah melakukan sejak 2014. Vaksinasi diberikan bertahap. Di berbagai negara, vaksin HPV sudah masuk proram pemerintah.
Vaksin HPV
Vaksin HPV disetujui BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) di Indonesia sejak 2006. Dokter Andi Darma Putra, Sp.OG, dari FK Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, menyatakan, “Vaksin HPV sangat efektif bila diberikan pada perempuan yang belum pernah terinfeksi HPV.”
HPV ditularkan melalui hubungan seksual. Sebaiknya, vaksinasi dilakukan sebelum perempuan menikah atau melakukan kontak seksual untuk pertama kalinya. Pemberian vaksin bagi anak SD, tujuannya utuk mencegah sedini mungkin.
Perempuan yang sudah berkeluarga perlu periksa Pap smear, sebelum vaksinasi HPV. Ini untuk melihat, apakah sudah ada infeksi HPV pada serviks. Bila sudah ada infeksi, vaksinasi tidak dibetikan, karena akan sia-sia. Vaksin ini untuk pencegahan primer, sebelum ada infeksi.
Secara umum, vaksin direkomendasikan bagi perempuan usia 10-55 tahun. “Lebih dianjurkan pada usia muda, karena antibodi yang terbentuk lebih baik,” papar dr. Andi.
Vaksin HPV diberikan 3x dengan interval 0-1-6 bulan. Pada anak gadis usia 9-14 tahun, vaksin cukup diberikan 2x, dengan interval 0-6 bulan, sesuai rekomendasi CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan ACIP (The Advisory Committee on Immunization Practices). (nid)