Trik Efektif Mengonsumsi Suplemen Zat Besi | OTC Digest

Trik Efektif Mengonsumsi Suplemen Zat Besi

“Melawan” anemia saat hamil, secara teori mudah dilakukan: minum tablet tambah darah (TTD) minimal 90 hari selama kehamilan. Pada prakteknya, ini tidak selalu mudah. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih tinggi, meski program TTD 90 hari sudah dicanangkan pemerintah sejak tahun 1970-an, dan TTD dibagikan gratis di Puskesmas.

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan, hanya 18% ibu hamil yang mengonsumsi TTD selama minimal 90 hari. “Bukan sekedar minum TTD, tapi berapa banyak yang diminum. Minum kurang dari 90 tablet tidak akan berpengaruh terhadap anemia,” tegas dr. Elvina Karyadi, MSc, Ph.D, Direktur Micronutrient Initiative Indonesia.

Rendahnya konsumsi TTD selama 90 hari turut dipengaruhi kondisi geografis; akses dan distribusi TTD ke daerah terpencil kerap terganggu. Ibu hamil punya alasan sendiri. Penelitian yang dilakukan Puslitkes Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2012 di Kabupaten Lebak dan Purwakarta menunjukkan, umumnya ibu hamil berhenti mengonsumsi TTD karena menimbulkan efek samping berupa mual, muntah dan sembelit. Ibu yang mengalami morning sickness, tentu merasa sangat tidak nyaman.

TTD mengandung 60 mg zat besi dan 250 mcg asam folat (vitamin B9). Idealnya dikonsumsi sedini mungkin sejak awal kehamilan, karena pada masa ini asam folat sangat dibutuhkan untuk perkembangan janin. Mengingat efek samping yang bisa memperburuk mual akibat morning sickness, sebaiknya ibu mulai memperbaiki status nutrisinya sejak sebelum hamil. Sehingga, bila ibu tidak sanggup mengonsumsi TTD selama TM I, sudah ada cadangan zat besi dan asam folat di tubuh ibu. Suplemen zat besi dan asam folat bisa dikonsumsi secara terpisah. Asam folat relatif jarang menyebabkan mual dibandingkan zat besi; efek tidak nyaman umumnya terjadi akibat dosis yang sangat tinggi (>1000 mcg/hari).

Zat besi umumnya mulai diberikan di trimester (TM) II, ketika ibu tidak lagi mengalami morning sickness, dan risiko anemia meningkat karena kebutuhan zat besi mulai sulit dipenuhi oleh ibu. Ini menimbulkan dilema, karena zat besi sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi di awal kehamilan. Bila ibu membutuhkan tambahan zat besi di TM I, perlu suplemen zat besi tertentu. “Dicari preparat yang tidak diserap di lambung, atau yang time release (dilepas secara bertahap) sehingga tidak menyebabkan gangguan berlebihan,” terang Prof. Dr. dr. Johanes C. Mose, Sp.OG, KFM dari RS Hasan Sadikin, Bandung.

Asam folat dan zat besi bisa didapat dari makanan sehari-hari, tidak harus mengandalkan suplemen. Sumber asam folat antara lain sayuran berdaun hijau seperti bayam, selada, kangkung; buah seperti jeruk dan pisang; kacang-kacangan termasuk kacang panjang, kacang tanah dan kedelai.

Sumber zat besi terbaik adalah yang berasal dari daging merah, karena mudah diserap tubuh. Sumber nabati antara lain kangkung, sayuran berdaun hijau dan kacang-kacangan. “Agar penyerapannya maksimal, barengi konsumsi zat besi dengan sumber vitamin C seperti jus jeruk. Hindari konsumsi bersamaan dengan kopi dan teh, karena kafein menghambat penyerapan,” papar dr. Elvina. Untuk mengurangi rasa mual saat mengonsumsi suplemen zat besi, dapat dikonsumsi setelah makan.

Ada tren, zat besi diberikan 1x seminggu dalam dosis tinggi. Ini  bagus karena,“Menurut penelitian, efektivitasnya sama dengan dosis kecil setiap hari. Makin jarang dosisnya, kepatuhan minum suplemen makin baik, apalagi bila tidak menimbulkan iritasi lambung,”  tutur Prof. Johanes.

 

Baca juga: Mudah lupa, Gejala Anemia saat Hamil