Sebagian besar kanker payudara tidak menimbulkan gejala pada stadium awal. Tanda yang paling jelas hanya satu: benjolan. Namun, 9 dari 10 benjolan bukan kanker. Benjolan seperti apa yang patut dicurigai? “Yang bentuknya tidak jelas; tidak bisa dibilang bulat, pinggiran tidak rata, menempel, dan susah dibedakan dengan jaringan payudara yang lain,” papar dr. Walta Gautama, Sp.B (K) Onk dari RS Kanker Dharmais, Jakarta.
Bila bentuk payudara sudah berubah, misalnya puting tertarik atau kulit payudara berpori-pori besar seperti kulit jeruk, bisa dibilang itu sudah stadium lanjut. Atau ada cairan keluar dari puting, biasanya berwarna merah. Ini sangat disayangkan karena bila ditemukan pada stadium awal dengan ukuran kanker 1 cm, angka kesembuhannya mencapai 98%. Kuncinya, dteksi dini dan jangan takut untuk segera ke dokter bila ada yang mencurigakan pada payudara.
Rasa takut akan operasi dan kemoterapi kerap jadi alasan pasien takut berobat. Akhirnya menunda periksa/berobat. Atau berobat dengan cara-cara di luar medis. Operasi, radioterapi dan kemoterapi mungkin terdengar mengerikan, tapi ketiga cara ini sudah terbukti keberhasilan dan keamanannya. Mencoba pengobatan alternatif yang tidak jelas dan tidak berlandaskan medis, akan menunda pengobatan sehingga penyakit berkembang menjadi lebih lanjut.
“Terapi yang terbaik hingga detik ini adalah operasi untuk membuangnya,” ujar dr. Walta. Namun, tidak semuanya harus diatasi dengan operasi pengangkatan payudara. Sejak akhir 1980, telah berkembang teknik operasi yang menyelamatkan payudara; hanya benjolan kanker yang diangkat (lumpectomy). Tentu, ini hanya bisa dilakukan pada ukuran tumor yang masih kecil (tidak lebih dari 3-4 cm).
Syarat berikutnya, benjolan tidak berada di dekat/bawah puting, dan hanya satu yang dicurigai ganas. “Dan pasien harus bisa menjalankan radiasi,” imbuh dr. Walta. Maka, masalah biaya harus dipikirkan karena radioterapi relatif mahal. Bila mengandalkan BPJS perlu mengantri hingga berbulan-bulan, padahal jarak dari operasi ke radioterapi hendaknya tidak terlalu lama.
Mengenai kemoterapi, kini tidak semua pasien kanker payudara harus menjalaninya, “Yang benar-benar perlu dikemo hanya sekitar 30%.” Yang wajib kemo yakni tipe high risk, yang di luar negeri bisa dinilai berdasarkan pemeriksaan genetik khusus.
Di Indonesia, pemeriksaan tersebut belum bisa dilakukan. Maka, dinilai dari 9 parameter. Dipertimbangkan untuk kemo bila usia masih muda; ukuran tumor >5 cm; derajat keganasan 3; ada kebocoran tumor masuk ke pembuluh darah; ada >4 kelenjar getah bening positif. Pertimbangan lain dilihat dari reseptor hormonal (estrogen dan progesteron), HER-2 dan penanda agresivitas dari tumor marker. “Kemungkinan kemoterapi terus turun, tidak usah takut,” tutup dr. Walta. (nid)
thewcommunity.com