Terapi Diabetes pada Ibu Hamil | OTC Digest

Terapi Diabetes pada Ibu Hamil

Pengelolaan diabetes pada kehamilan penting. Bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl; mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan < 120 mg/dl; mencegah hipoglikemia; mencegah ketoasidosis; mengusahakan tumbuh kembang janin optimal dan normal.

Pemantauan glukosa darah kini dapat dilakukan sendiri di rumah, dengan alat yang banyak beredar di pasaran. Dianjurkan, kontrol gula darah sesuai jadwal pemeriksaan kehamilan. Makin dekat dengan perkiraan persalinan, kontrol harus makin sering. Sedangkan Hb glikosilat, ideal diperiksa tiap 6 - 8 minggu.

 

Terapi Insulin

Bila sebelum hamil ibu memerlukan insulin, perlu insulin dengan dosis yang sama sampai ada tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Pada kasus diabetes gestasional (diabetes saat hamil), terapi insulin direkomendasikan The American Diabetes Association, ketika terapi diet gagal mempertahankan kadar gula darah puasa <95 mg/dl, atau 2 jam setelah makan kadar gula darah <120 mg/dl.

Insulin adalah pilihan hipoglikemik selama hamil. Obat hipoglikemik oral tidak dianjurkan, karena tidak dapat mengontrol hiperglikemia dan potensial menyebabkan hipoglikemik pada empat minggu pertama kelahiran.

“Selain itu, efek teratogenitas (kecacatan janin) tinggi dan dapat dieksresikan dalam jumlah besar melalui ASI,” ujar dr. Rino Bonti Tri Hadma Shanti, SpOG.

Kebutuhan insulin di trisemester pertama umumnya lebih rendah, meningkat di usia kehamilan 24 minggu dan menurun setelah masa post-partum (pascakehamilan), sehingga harus dipantau ketat.

Pada ibu hamil dengan diabetes yang tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia (berat badan besar), dapat melahirkan normal di usia kehamilan 37 – 40 minggu, selama tidak ada komplikasi. Bila diabetesnya lebih berat dan perlu insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri pada 36 – 38 minggu, terutama bila diikuti komplikasi makrosomia, pre-ekalmpsia atau kematian janin.

Penyebab diabetes selama hamil dikendalikan oleh serotonin, zat kimia yang diproduksi oleh tubuh dan biasanya dikenal sebagai neurotransmitter. Serotonin terbuat dari triptofan - asam amino yang berasal dari makanan tinggi protein.

Ada hubungan erat antara jumlah dan jenis protein yang dikonsumsi ibu di awal kehamilan dan pembentukan sel islet, yang dibutuhkan untuk melindungi diri terhadap diabetes di akhir kehamilan.

Studi menunjukkan, hormon prolaktin yang meningkat pada awal kehamilan akan mengaktifkan gen yang menghasilkan Tph1 dalam sel beta. Akibatnya, reseptor serotonin terangsang dan menyebabkan sel beta berkembang biak, akhirnya menghasilkan peningkatan insulin.

“Peran ganda serotonin dalam mengatur suasana hati dan pembentukan sel beta inilah yang terkait dengan status stres ibu hamil, dan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah,” ujar dr. Rino. (puj)

 

Baca juga: Diabetes Picu Bayi Lahir Obes