Stop Beser yang Menyiksa | OTC Digest

Stop Beser yang Menyiksa

Ada orang yang bisa buang air kecil (BAK) hingga 15 kali sehari. “Normalnya, dalam sehari kita BAK maksimal tujuh kali,” ujar Dr. dr. Budi Iman Santoso, Sp.OG dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Meningkatnya frekuensi BAK, keinginan BAK yang tidak bisa ditahan dan terbangun lebih sekali di malam hari untuk BAK disebut overactive bladder (OAB) atau istilah populernya beser. Kadang, air seni tidak bisa ditahan, sehingga mengompol.

Pada OAB, otot di dinding saluran kemih berkontraksi sehingga BAK sulit ditahan, meski kandung kemih mungkin hanya terisi sedikit. Pada kondisi normal, saraf mengirim sinyal untuk memicu kontraksi otot jika kandung kemih telah terisi sekitar 300 cc urin, dan ini bisa ditahan lebih lama. Umumnya, kandung kemih dewasa bisa menahan urin hingga 600 cc. OAB disebabkan kontraksi yang tidak sesuai pada otot kandung kemih, tanpa dipengaruhi jumlah urin.

Data penderita OAB di Indonesia tidak diketahui. Diperkirakan sekitar 200 juta orang di  dunia dan 25 juta orang di Amerika Serikat menderita gangguan ini. Perempuan berisiko 4x lebih besar mengalami OAB ketimbang laki-laki. Ini dipengaruhi oleh fluktuasi hormon yang selalu berubah pada perempuan, dan trauma yang terjadi saat hamil dan melahirkan.

Selain itu, ukuran kandung kemih perempuan lebih kecil, dan lebih rentan kena infeksi saluran kemih (ISK). ISK merupakan salah satu faktor risiko OAB. “Faktor risiko lain yakni kegemukan, diabetes, merokok dan minuman bersoda,” papar Dr. dr. Budi Iman Santoso, Sp.OG. Risiko OAB meningkat seiring bertambahnya usia, tapi hal tersebut sebenarnya tidak normal dan seharusnya tidak perlu terjadi.

Meski tidak berbahaya, OAB sebaiknya diobati karena kualitas hidup menurun karenanya. Pekerjaan dan aktivitas akan terganggu bila harus bolak-balik ke toilet. Siklus tidur ikut terganggu, menyebabkan emosi tinggi dan depresi. Risiko jatuh di kamar mandi pun meningkat. Ini bukan hal sepele; bisa terjadi patah tulang.

OAB harus tuntas diobati. “Salah satunya dengan latihan kegel,” ujar Dr. dr. Budi Iman Santoso, Sp.OG. Ditunjang dengan terapi perilaku, yakni menghindari makanan/minuman yang meningkatkan produksi urin seperti kafein (teh, kopi), minuman bersoda dan alkohol. Dua jam sebelum tidur, sebaiknya jangan makan dan minum.

Kombinasi terapi perilaku dengan obat-obatan dapat meningkatkan keberhasilan terapi. Obat yang merilekskan kandung kemih dapat mengurangi gejala OAB dan ngompol; umumnya digunakan dalam jangka panjang. Obat yang biasa diresepkan dokter antara lain tolterodine, oxybuynin dan fesoterodine.

Untuk mengatasi efek samping berupa mulut kering, dokter biasa merekomendasi permen bebas gula. Obat tetes mata khusus mungkin diperlukan untuk mengatasi mata kering. (nid)