Kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) adalah kanker yang paling banyak menyerang perempuan di Indonesia, khususnya di usia produktif. “Namun, cakupan deteksi dini kedua jenis kanker ini masih sangat rendah,” ujar dr.Niken Palupi, MKM, Kasubdit Pengendalian Penyakit Kanker Kementrian Kesehatan RI, dalam diskusi Mari Bersama Kalahkan Kanker Payudara yang diselenggarakan Yayasan Kusuma Buana dan Roche Indonesia di Jakarta, 20 Oktober lalu.
Dari 37 juta perempuan usia 35-50 tahun di Indonesia, baru 3,4% atau 1,5 juta yang melakukan deteksi dini. Padahal berdasarkan Globocan (2012), insidens kanker payudara diperkirakan mencapai 40/100.000 perempuan dan kanker leher rahim 17/100.000 perempuan. Dan menurut Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, “Insiden kanker payudara di usia muda di Indonesia mencapai 30 persen.” Padahal di negara maju, hanya <3% perempuan usia di bawah 40 tahun yang mengalaminya.
Rendahnya angka deteksi dini, boleh jadi karena masih banyak yang merasa malu atau tidak perlu memeriksakan diri. Belum lagi, pemeriksaan mamografi untuk deteksi kanker payudara dan pap smear untuk kanker serviks tidak bisa dibilang murah, dan hanya tersedia di RS.
Jangan berkecil hati. Skrining untuk kanker payudara dan leher rahim kini bisa dilakukan di Puskesmas dan tempat praktik bidan, yakni dengan SADANIS dan IVA. “SADANIS adalah pemeriksaan payudara klinis, yakni pemeriksaan oleh tenaga pemeriksaan terlatih,” terang dr. Niken. Pemeriksaan dilakukan dengan perabaan, seperti SADARI (periksa payudara sendiri); tapi dilakukan oleh tenaga medis, yang lebih terlatih dan sensitif merasakan apakah ada benjolan atau hal yang tidak normal pada payudara. Pasien juga akan diajarkan untuk melakukan SADARI setiap bulan di rumah.
Baca Juga : Ria Irawan Pake BPJS
Agnes Hemaloka Guru Meditasi Titek Puspa
Titiek Puspa Sembuh Tanpa Obat dan Jampi-jampi
“Memang idealnya dilakukan mamografi, tapi dengan kondisi di Indonesia saat ini, skrining bisa dengan SADANIS,” ungkap dr. Niken. Bila ditemukan benjolan, pasien dirujuk ke RS terdekat.
Setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan dengan IVA (inspeksi visual dengan asam asetat). Pada daerah leher rahim, disemprotkan larutan asam cuka. Ini adalah cara sederhana dan cepat untuk mendeteksi lesi pra kanker. Perubahan warna menunjukkan ada lesi pra kanker. Bila ini ditemukan, dokter di Puskesmas atau bidan yang terlatih bisa langsung melakukan krioterapi untuk menghilangkan lesi tersebut. (nid)