Selamat Tinggal Tumit Kasar | OTC Digest

Selamat Tinggal Tumit Kasar

Ogah memakai sandal cantik atau merasa tertekan saat harus membuka sepatu di tempat umum, karena tumit kaki kasar dan pecah-pecah? Secara medis, tumit pecah-pecah (cracked heels) disebut fissure heels. Fissure adalah garis atau ‘retakan’ pada tumit. Jika retakannya cukup dalam, bisa menusuk tumit. Akibatnya, tumit terasa nyeri, dan kadang berdarah.

Banyak yang menduga, tumit pecah-pecah terutama terjadi di musim kemarau. Menurut dr. Ivy Irene Sutanto, Dipl. CIBTAC dari Klinik Primavita, Jakarta, hal itu tidak benar. “Tumit pecah-pecah disebabkan kulit kering, terutama akibat gesekan. Misalnya jarang mengenakan sepatu. Kaki kotor juga bisa mengganggu,” tuturnya.

Bertelanjang kaki di rumah berpotensi membuat tumit kering. Meski lantai rumah bersih, tapi tanpa kita sadari, gesekan dengan lantai keramik menimbulkan panas. Tekanan yang terjadi pada tumit pun lebih besar dengan bertelanjng kaki ketimbang saat mengenakan sandal. Ini akan membuat tumit kering, kasar dan akhirnya pecah-pecah.

Kurang minum juga meningkatkan risiko tumit pecah-pecah. “Karena konsumsi cairan berkurang, seperti kulit di bagian lain, kulit di tumit pun menjadi lebih kering sehingga mudah pecah-pecah,” terang dr. Ivy.

Tumit yang kering dan pecah-pecah, sebaiknya tidak didiamkan; kulit akan makin menebal dan retakannya makin dalam. Ini akan makin sulit diobati, karena pelembab biasa tidak bisa masuk ke kulit tumit yang kering, mati dan tebal.

Ada pendapat yang menyatakan, tumit kasar bisa “diamplas” dengan batu apung, untuk mengangkat sel-sel kulit mati. Namun menurut dr. Ivy, sebaiknya hal ini dihindari,  “Karena hanya akan memberi kenyamanan sementara.” Respon alami kulit terhadap pengamplasan, yakni menjadi semakin tebal.

Daripada mengamplasnya dengan batu apung, lebih baik sikat tumit dengan lembut. Lebih efektif bila kaki direndam dulu dengan air hangat. Setelah itu, sikatlah tumit dengan lembut menggunakan sabun, untuk mengurangi gesekan antara sikat dengan kulit. Penyikatan akan membersihkan tumit dari kotoran yang menempel di sela-sela retakan tumit, serta mengangkat sel-sel kulit mati.

Selanjutnya, keringkan tumit dengan handuk yang lembut, lalu oleskan krim atau moisturizer khusus untuk tumit pecah-pecah. “Moisturizer bisa dioleskan kapan saja, ketika tumit dalam keadaan lembab,” ujar dr. Ivy. Dalam keadaan lembab, moisturizer mudah masuk ke lapisan kulit tumit dan menjaga kelembabannya.

Sangat baik jika kita menyikat kaki sebelum tidur, kemudian oleskan moisturizer. Agar hasilnya maksimal, kenakan kaus kaki. Ini menjaga krim tidak hilang saat bersentuhan dengan sprei, dan menjaga kaki lebih lembab sehingga moisturizer bisa bekerja lebih baik.

Krim untuk tumit biasanya mengandung salicylic acid, yang bisa mengikis lapisan kulit yang tebal. Sedangkan lactic acid untuk meningkatkan kadar air pada kulit, sehingga kelembaban kaki terjaga. Ada krim yang mengandung bahan alami, misalnya soy lecithin, yang diambil dari kacang kedelai. Lecithin dapat melembutkan dan menyehatkan kulit, serta membantu bahan-bahan lain masuk ke kulit.bisa pula menggunakan pelembab yang bersifat oklusi (menutup), misalnya petroleum jelly.

Jika tumit sudah halus, tetap lakukan perawatan. Sikatlah tumit 2 hari sekali, lalu oleskan krim setelahnya. Usahakan berjalan telanjang kaki seminim mungkin, kenakanlah sandal saat berada di rumah. Kurangi pemakaian sepatu dengan bagian belakang terbuka atau yang solnya tipis; kenakan kaus kaki jika memungkinkan.

Tumit halus bukanlah impian. (nid)