Pascamenopause Wanita Berisiko Mengalami Serangan Jantung | OTC Digest

Pascamenopause Wanita Berisiko Mengalami Serangan Jantung

Serangan jantung bukan hanya “milik” kaum pria. Serangan mematikan ini bisa juga dialami kaum hawa. Dunia mencatat setiap tahun 8,5 juta kematian wanita diakibatkan oleh penyakit jantung; penyebab kematian utama di dunia.

 

Di negara berkembang separuh dari kematian wanita usia >50 tahun, adalah karena penyakit jantung dan stroke. Secara umum, wanita 10 tahun lebih lambat terkena serangan jantung koroner dibanding pria, namun setelah menopause perbandingannya 1:1, alias sama.

 

Dr. Santoso Karo Karo. MPH. SpJP., dari RS Jantung Nasional Harapan Kita menyatakan, ”Satu dari tiga wanita akan meninggal karena penyakit jantung atau stroke. Bila mengalami serangan jantung, 38% wanita akan meninggal dibandingkan pria yang 25%.”

 

Gaya hidup perkotaan yang “memuja” makanan enak yang berlemak dan kurang gerak, menjadi sebab utama. Gaya hidup ini rentan pada sindrom metabolik, yakni hipertensi, diabetes, obesitas dan dislipidemia. “Di RS Harapan Kita, 30% pasien memenuhi kriteria sindrom metabolik,” ujar dr. Santoso.

 

Memasuki usia 40 tahun, metabolisme tubuh secara alami menurun, demikian pula elastisitas pembuluh darah. Akibatnya, lemak / kolesterol “jahat” gampang menempel di pembuluh darah (aterosklerosis).

 

Kolesterol jahat / LDL (low density lipoprotein) mampu menembus dinding pembuluh darah arteri dan menyumbat, bila  mengalami oksidasi. “Penumpukan kolesterol bisa terjadi sejak bayi, pada orang yang punya masalah genetik,” kata dr. Santoso.

 

Maka, makanan yang tinggi lemak jenuh sebagai sumber LDL, seperti makanan yang digoreng, jeroan, atau makanan yang diolesi mentega, sebaiknya dihindari atau dikurangi. Kurangi juga konsumsi susu (kecuali yang rendah lemak), keju dan kacang-kacangan.

 

Menu harian sebaiknya yang banyak mengandung vitamin E. Vitamin E adalah antioksidan yang berperan mencegah terjadinya proses oksidasi dalam tubuh. Bila oksidasi tidak terjadi, LDL tidak mampu membentuk plak dan sumbatan arteri.

 

Studi di University of Texas South-western Medical Center menemukan, menelan 800 IU vitamin E setiap hari selama tiga bulan akan memangkas oksidasi LDL sebesar 40%. Vitamin E juga membantu mencegah pengentalan darah, yang turut menjadi pemicu serangan jantung.

 

Menurut ahli gizi dr. Fiastuti Witjaksono, menurunkan LDL bisa dengan mengonsumsi lemak tak jenuh tunggal dan ganda. Dua jenis lemak ini adalah sumber HDL (high density lipoprotein) atau kolesterol “baik”, yang bertugas mengangkut LDL yang menempel di dinding arteri. “Kedua jenis lemak ini berfungsi dalam pembentukan sel membran (endotel), yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sel,” katanya.

 

Endotel memroduksi zat sitokin yang berfungsi mengatur regangan dan permeabilitas (daya penyerapan) pembuluh darah. Lapisan sel endotel berada di sepanjang pembuluh besar dan kecil, dan yang paling awal terpajan jika terdapat perubahan metabolik. (jie)