Tidak semua alat kontrasepsi cocok untuk semua perempuan. Dalam memilih metode yang cocok, beberapa faktor patut dipertimbangkan, seperti: tujuan, usia, riwayat kesehatan dan gaya hidup. Yang paling utama adalah, apakah Anda merasa aman dan nyaman dengan pilihan Anda.
Prof. Dr. Biran Affandi, SpOG (K) mengatakan, umumnya ada tiga tujuan yang hendak dicapai dengan kontrasepsi, yakni menunda kehamilan, menjaga jarak kehamilan dan menghentikan kehamilan. "Pilih alat kontrasepsi yang paling cocok dengan tujuan," katanya.
Kehamilan yang paling baik adalah pada usia 20-35 tahun. Dalam usia tersebut, risiko kematian ibu dan bayi paling rendah. Jarak kehamilan harus diatur, yakni 2-4 tahun. Pada usia pra-20 tahun, kontrasepsi berguna untuk menunda (differing) kehamilan. Pada usia 20-35 tahun untuk menjaga jarak (spacing) kehamilan, dan usia di atas 35 tahun untuk membatasi (limiting) kelahiran.
Jika pasangan suami istri berkeinginan untuk tidak mempunyai anak lagi, tubektomi atau mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) adalah pilihan terbaik. Tapi, jika pasangan suami istri masih menginginkan anak lagi di masa depan, bisa digunakan metode lain seperti dengan pil, kondom atau IUD.
Gaya hidup
Gunakan alat kontrasepsi yang sesuai dengan gaya hidup Anda. Misalnya, jika Anda punya kebiasaan tidak patuh minum obat, jangan menggunakan pil. Sebab, tanpa penggunaan yang teratur dan disiplin, cara ini bisa tidak efektif dalam mencegah kehamilan.
Karena itu, kontrasepsi ini agak kurang diminati perempuan aktif atau perempuan karir. Begitu juga jika Anda bukan orang yang mau bersusah payah membeli kondom sebelum berhubungan intim. Memilih alat kontrasepsi haruslah dipertimbangkan dengan baik.
Kondisi Kesehatan
Pertimbangkan juga kondisi kesehatan Anda. Misalnya, pil kontrasepsi tidak cocok untuk perempuan dengan penyakit jantung, kanker payudara, penyumbatan darah atau diabetes di tingkat yang parah.
Perempuan yang pernah memiliki sejarah pelvic inflammatory disease (PID) sebaiknya menghindari alat kontrasepsi intrauterine devices (IUD), dan bagi yang alergi terhadap lateks sebaiknya mencari kondom berbahan polyurethane.
Pil KB kombinasi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron, tidaklah dianjurkan untuk ibu yang sedang menyusui karena bisa mengurangi produksi ASI. Bila Anda tidak cocok dengan cara KB yang lain sedangkan Anda menyusui, lebih baik memilih pil KB yang hanya mengandung turunan hormon progesteron (mini pil).
Sebuah studi menunjukkan bahwa mini pil tidak mempengaruhi ASI, dibandingkan dengan pil kombinasi. Efek kontrasepsi mini pil yang lebih lemah bisa dibantu dengan memberi ASI eksklusif. Dan bila ibu sudah berhenti menyusui, bisa menggantinya dengan pil kombinasi. (vit)
Baca juga: Yuk Mengenal Jenis-Jenis IUD