Kanker paru tidak hanya “milik” laki-laki; perempuan pun bisa mengalami kanker mematikan ini. Berdasar Globocan 2012, kanker paru menduduki peringkat 5 kanker terbanyak (8,1/100.000 orang) pada perempuan di Indonesia. Angka kematiannya 7,3/100.000, dan merupakan kanker pembunuh nomor 3 setelah kanker payudara dan kanker serviks (leher rahim).
Rokok dan asap rokok masih menjadi penyebab utama kanker paru. “Jumlah perokok perempuan di Indonesia meningkat tajam,” ujar dr. Niken W. Palupi, MKM, Kasubdit Pengendalian Penyakit Kanker Kementrian Kesehatan dalam Forum Ngobras di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Perokok perempuan usia >15 tahun meningkat dari 1,7% (Survei Sosial Ekonomi Nasional 1995) menjadi 4,1% (Riset Kesehatan Dasar 2010). Meningkat menjadi 6,7% pada 2013 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan). Gawatnya lagi menurut GYTS (Global Youth Tobacco Survey), Indonesia merupakan negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Pada perempuan, 21,5% mulai merokok di kelompok usia <7 tahun dan kelompok usia 14-15 tahun.
“Jumlah perokok laki-laki di Amerika Serikat (AS) dan Kanada menurun. Jumlah kanker paru ikut turun, setelah dievaluasi selama 10 tahun. Pada perempuan malah naik,” ujar dr. Elisna Syahruddin, Ph.D, Sp.P(K) dari RSUP Persahabatan, Jakarta.
Di Kanada, kematian akibat kanker paru pada perempuan merupakan yang tertinggi di negara maju; 47/100.000. Berdasarkan studi, rerata insiden kanker paru pada laki-laki di Kanada mulai datar pada 1980-an, dan terus turun. Pada perempuan, rerata insiden kanker paru tidak naik sejak 2006. Ditengarai, hal ini disebabkan konsumsi rokok; penurunan jumlah perokok laki-laki lebih cepat ketimbang perempuan.
Sudi oleh Brian L. Egleston, dkk (2009) di AS, insiden kanker paru pada laki-laki meningkat hingga pertengahan 1980, lalu datar dan mulai turun. Sedangkan pada perempuan, angkanya naik drastis pada 1973, dan tidak turun hingga pertengahan 1990. Selisih jumlah penderita kanker paru laki-laki dan perempuan kini sedikit. Studi ini juga menemukan, kanker paru pada bukan perokok mayoritas terjadi pada perempuan.
Pada perempuan, rokok memiliki arti tersendiri. Ini berkaitan dengan interaksi sosial, kemandirian dan cara untuk mengontrol berat badan (BB). Alasan ini yang membuat remaja perempuan merokok. Mereka ingin langsing, terlihat keren dan mandiri. Padahal, efek buruknya jauh lebih banyak. Asap rokok merusak sel-sel di saluran nafas. Ini awal terjadinya kanker; ada mutasi.” Asap rokok mengandung +40 karsinogen (zat penyebab kanker).
Perempuan yang suaminya perokok berisiko tinggi, karena menjadi perokok pasif. “Perokok pasif adalah orang yang terpapar lama dan terus menerus oleh asap rokok, di rumah atau tempat kerja,” terang dr. Elisna.
Gejala kanker paru tidak khas, seperti penyakit paru umumnya: batuk, sesak nafas dan nyeri dada. “Ke dokter kalau batuk lebih dari dua minggu. Ini alarm; jangan diabaikan,” pungkas dr. Elisna. (nid)