Ibu Hamil, Jangan Cium-cium Anak Kecil | OTC Digest
CMV_TORCH_kehamilan_anak kecil

Ibu Hamil, Jangan Cium-cium Anak Kecil

Anak kecil memang menggemaskan. Perempuan khususnya, sulit menahan godaan untuk tak mencium pipi anak-anak. Namun sebaiknya, hal ini dihindari oleh ibu hamil. Dikhawatirkan, si anak memiliki CMV (cytomegalovirus), yang bisa menular melalui air liur. “Sekitar 70% anak usia di bawah tiga tahun kena CMV,” ungkap dr. Irvan Adenin, Sp.OG dari RSIA Tambak, Jakarta.

CMV termasuk dalam infeksi TORCH, yang amat dikhawatirkan terjadi pada kehamilan.  CMV sebenarnya merupakan virus ‘biasa’, yang memiliki relasi dekat dengan virus penyebab herpes dan cacar air. Umumnya, infeksi CMV tidak berbahaya, dan jarang menimbulkan gejala. Bilapun ada gejala, biasanya hanya seperti flu dan sakit tenggorokan.

Namun bila mengenai ibu hamil, dampaknya bisa berat ke janin, sehingga bayi lahir dengan cacat bawaan. Mikrosefalus (kepala kecil), hidrops (janin bengkak), asites (rongga perut janin berisi air), dan ventrikulomegali (cairan di otak), termasuk kelainan pada janin akibat CMV yang bisa terlihat melalui pemeriksaan USG. Yang tidak bisa terlihat melalui USG antara lain sekat jantung menutup, dan limpa yang membesar.

Risiko misalnya pertumbuhan janin terhambat, dan peradangan pada mata janin. “Dan dia bisa menyerang saraf sehingga bayi terlahir tuli, dan mengalami gangguan perkembangan saraf. Misalnya, usia dua tahun belum bisa bicara,” tutur dr. Irvan. Angka kematian bayi baru lahir akibat infeksi CMV saat hamil mencapai 30%.

Baca juga: Menghindari Tokso saat Hamil, Tak Perlu Paranoid dengan Kucing

Infeksi CMV yang terjadi pada trimester (TM) 1 dan 2 memiliki kemungkinan menular ke janin melalui plasenta sebesar 40%.  Ada risiko kematian janin 30%. Sekitar 70% janin akan bertahan, tapi 80% di antaranya memiliki gejala sisa. Adapun infeksi primer pada trimester ketiga berisiko menular ke janin melalui plasenta hinga 75-80%. Namun pada trimester ini, risiko untuk cacat janin berat sangat rendah. Secara umum, insiden CMV diperkirakan 0,2 – 2,2% dari kelahiran.

CMV tidak ada obatnya, karena merupakan infeksi virus. Ini termasuk penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya, dan bisa dikontrol oleh sistem imun tubuh. Bila ibu diketahui terinfeksi CMV saat hamil dan janin terdampak oleh infeksi tersebut, “Disarankan lahirkan janinnya, sebelum dia bisa hidup.”

Usia janin bisa bertahan di luar rahim ibu yakni >26 minggu. Di beberapa negara, bayi yang lahir pada usia 26 minggu bisa dipertahankan tetap hidup. Di Jepang, keberhasilannya hampir 100%. Tentu dengan biaya yang sangat besar. Di Indonesia (RS Harapan Kita, Jakarta), bayi dengan berat lahir 600 gr bisa diupayakan bertahan hidup, tapi keberhasilannya belum terlalu tinggi.

Baca juga: Skrining Infeksi TORCH

Yang paling penting adalah mencegah ibu hamil terkena infeksi CMV.  CMV bisa menular melalui ludah, hingus, air seni, tinja, ASI (air susu ibu), darah, serta cairan vagina dan semen sperma. “Untuk itu, ibu hamil sebaiknya jangan mencium-cium anak kecil,” tegas dr. Irvan. Bila tidak tahan untuk mencium, hindari area hidung dan mulut; ciumlah dahinya saja.

Selain itu, hindari berbagi sikat gigi, makanan/minuman, serta peralatan makan dengan anak-anak, dan jangan mengisap dot anak untuk membersihkannya. Cucilah selalu tangan dengan sabun setelah mengganti popok bayi. CMV juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual, dan transfusi darah. Ada baiknya gunakan kondom saat berhubungan seksual selama hamil.

Bila ibu diketahui terinfeksi CMV saat hamil tapi janin tidak terdampak, ada baiknya mempertimbangkan persalinan dengan caesar karena persalinan normal bisa menularkan CMV ke bayi. Diskusikan dengan dokter mengenai kemungkinan memberikan ASI untuk bayi, karena CMV bisa menular melalui ASI. (nid)

_________________________________

Ilustrasi: Designed by V.ivash