Gangguan Muskuloskeletal Intai Perempuan | OTC Digest
bergerak_muskuloskeletal_perempuan

Gangguan Muskuloskeletal Intai Perempuan

Gangguan muskulosketal merupakan penyebab disabilitas paling umum. Insidennya meningkat 45% dari tahun 1990 – 2010. Ini utamanya jamak terjadi pada orang berusia lanjut. “Seiring usia, densitas (kepadatan massa) tulang berkurang, fleksibilitas dan kekuatan otot menurun,” terang dr. Andi Kurniawan, Sp.KO, Sekretaris Jenderal PEROSI.

Kaum Hawa perlu lebih waspada karena gangguan ini terjadi  dua kali lebih banyak pada perempuan (18%) ketimbang laki-laki (9,6%). Salah satu sebabnya, perempuan cenderung tidak atau jarang berolahraga, dengan alasan tidak punya waktu dan energi.

Survei Kesehatan Wanita Indonesia 2017 yang diselenggarakan PT Fonterra Brands Indonesia dan  PEROSI (Perhimpunan Osteoporosis Indonesia) menemukan hal serupa. “Hanya 20% perempuan yang  beraktivitas fisik secara teratur,” ujar Bernadeth Virna Widiastuty, Senior Brand Manager Anlene, Fonterra Brands Indonesia. Survei dilakukan pada 500 perempuan usia 35-55 tahun di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar.

Temuan lain, 9 dari 10 perempuan tidak mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang. Semua ini bertolak belakang dengan kesadaran perempuan mengenai pentingnya kesehatan; sebanyak 93% perempuan percaya, gaya hidup sehat dan aktif bermanfaat untuk kesehatan tulang dan otot.

“Perempuan Indonesia itu tuntutannya banyak. Sibuk memikirkan dan mengurus keluarga dan rumah, lupa memikirkan diri sendiri,” ujar Virna. Survei juga menemukan, 66% perempuan mengerjakan minimal 9 pekerjaan/hari, dan 1 dari 3 perempuan mengaku tidak memiliki waktu untuk diri sendiri.

Meski banyak yang sakit punggung dan otot, mayoritas tidak melakukan apa-apa untuk mencegah maupun mengobati. Menggunakan koyo atau minta dipijat adalah cara yang biasa ditempuh. Sakit punggung dianggap lumrah.

 

Latihan fisik dan nutrisi

Beraktivitas fisik rutin dan teratur atau sekedar me time dengan relaksasi, seperti barang mewah  bagi perempuan. Padahal, latihan fisik dan nutrisi vital bagi kesehatan muskuloskeletal; otot yang kuat, tulang sehat dan sendi yang stabil perlu untuk menunjang aktivitas sehari-hari.

Nutrisi yang buruk dan kurang aktivitas fisik menimbulkan peradangan, yang bisa menyebabkan  osteoporosis, osteoartritis (radang sendi), nyeri punggung dan nyeri leher. Penyakit muskuloskeletal jarang menyebabkan kematian, tapi kesakitan (morbiditas) yang ditimbulkan sangat banyak dan panjang. Disabilitas mengurangi produkivitas dan membuat tidak bisa beraktivitas atau bepergian, juga bisa timbul kecemasan (ansietas); angkanya 33% (perdempuan) dan 23% (laki-laki).

Banyak perempuan menganggap dirinya cukup aktif. Misal menyapu, mengepel, memasak hingga antar jemput anak sekolah. ini bagus, tapi tidak cukup. Untuk mendapat manfaat yang optimal bagi kesehatan muskuloskeletal, aktivitas fisik harus dilakukan teratur dan terukur. “Latihan 30 menit sehari, atau 150 menit seminggu,” ujar dr. Andi.

Terukur berarti peningkatan denyut nadi karena aktivitas fisik bisa memberi efek aerobic. Latihan fisik dengan intensitas sedang meningkatkan denyut nadi 64-76%/menit dari denyut jantung maksimal. Denyut jantung maksimal yakni 220 dikurangi usia. Mengurus baby tetap bisa melakukan ini. Misalnya, berjalan cepat atau jogging sambil mendorong stroller bayi.

Untuk meningkatkan kesehatan muskuloskeletal, perlu latihan yang bersifat resistant atau latihan beban. Bisa dilakukan di rumah. Misalnya senam dan menggunakan bayi sebagai beban. Juga latihan fleksibilitas seperti stretching, yoga dan pilates. Latihan fisik meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot, meningkatkan kepadatan tulang dan memperbaiki stabilitas sendi. Juga memperbaiki keseimbangan tubuh sehingga tidak mudah jatuh. “Ini penting bagi yang sudah osteoporosis,” imbuh dr. andi

Asupan nutrisi harus diperhatikan. “Nutrisi berperan sebagai bahan pembangun muskuloskeletal, mendukung aktivitasnya, serta sebagai pelindung,” ungkap dr. Andi. Misalnya protein dan magnesium untuk otot, kalsium untuk tulang, vitamin D untuk tulang dan otot, kolagen untuk sendi.

Protein dalam susu mengandung asam amino esensial lengkap. “Asam amino esensial tidak bisa dibentuk oleh tubuh, harus diasup dari makanan. Dalam bentuk whey protein, lebih mudah dicerna,” papar Ines Yumahana GulardiSenior Nutrition Manager Fonterra Brands Indonesia.

Penyerapan kalisum ke tulang butuh vitamin D. Vitamin D bersama vitamin C dan E, berfungsi sebagai antioksidan dan antiinflamasi bagi tulang, sendi dan otot. Vitamin-vitamin ini akan melindungi muskuloskeletal dari kerusakan akibat radikal bebas dan peradangan.

Adapun kolagen merupakan komposisi utama sendi. “Berdasar 11 dari 12 penelitian, kolagen membantu mengurangi nyeri pada sendi,” ucap Ines. Kolagen penting bagi yang berusia >50 tahun, di mana sendi mulai terasa nyeri. Sumber kolagen antara lain ikan, daging domba dan sapi, dan ceker ayam. (nid)