Sejak zaman Pertengahan telah diketahu bahwa aroma mulut dapat menunjukkan kondisi kesehatan seseorang. Misalnya, napas penderita diabetes tak terkontrol beraroma acetone, dan bau amis pada napas penderita gangguan lever.
Peneliti di Menssana Research, Inggris, menemukan tubuh manusia memproduksi zat kimia tertentu ke napas, dan memberi pola tertentu sebagai tanda awal kanker payudara. Studi ini dipublikasikan di jurnal ilmiah PLOS ONE. Breathalyzer (alat deteksi napas) mampu mengenali pola tersebut, untuk kemudian didiagnosa oleh dokter.
Breathalyzer dapat mengumpulkan napas seseorang dan mengambil contohnya selama 2 menit. Akan dihasilkan pola khusus yang dapat ”dibaca”, yang berhubungan dengan penyakit tertentu. Hebatnya, alat ini bisa mendeteksi kanker yang tidak terdeteksi dengan mamogram.
Percobaan melibatkan 244 wanita, yang melakukan mamografi dan yang mendapat hasil abnormal mamografi, di mana biopsi tidak dapat menegaskan hasil positif / negatif kanker payudara.
"Kami mendapati, aroma napas berubah pada penderita kanker payudara, dan penanda ini akurat,” papar pemimpin penelitian. Penelitian ini mampu membedakan wanita penderita kanker payudara dengan wanita sehat. Tingkat sensitifitas alat ini sampai 94,1%. Cara kerja breathalyzer mirip alat yang digunakan polisi untuk mendeteksi kadar alkohol tersangka (alat dimasukkan ke mulut dan ditiup).
Alat ini juga dapat mendiagnosa penyakit lain seperti TB, kanker paru, diabetes, dan tipe penyakit jantung tertentu secara akurat. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui penggunaan breathalyzer untuk mendeteksi, apakah pasien transplantasi jantung dapat menerima atau menolak jantung donor. (nid-jie)