Berlibur sungguh menyenangkan. Namun, tidak bagi ibu atau nenek yang biasanya jadi ‘seksi repot’. Keinginan untuk menciptakan liburan yang sempurna bagi keluarga, sering memberi tekanan dan rasa cemas berlebihan dan memunculkan masalah jantung.
Secara umum, gejala serangan jantung mudah dikenali: nyeri dada, nafas pendek-pendek. Namun pada serangan jantung yang diam-diam, gejala hanya mirip flu, gangguan pencernaan, atau seperti ada otot yang tertarik di dada atau punggung.
Menurut ahli jantung dr. Karla Kurrelmeyer dari Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Houston Methodist DeBakey, Amerika Serikat, “Gejala-gejala itu harus segera diperiksa, untuk mencegah kerusakan jantung.” Saat stres, tubuh mengeluarkan hormon stres yang mengguncang jantung. Terjadi perubahan pada otot-otot jantung, yang menyebabkan bilik kiri tidak berfungsi baik. Padahal, bagian ini merupakan pompa utama jantung.
Silent heart attack muncul ketika perempuan stres berat untuk waktu yang singkat, dan stress disertai kejadian traumatis seperti kematian, kecelakaan dan lain-lain. Ini biasanya dialami di usia 50 -70-an tahun
Lonjakan tekanan darah juga acap terjadi selama liburan. Bagi mereka yang punya riwayat hipertensi, penting untuk selalu memonitor tekanan darah, khususnya ketika stres. Kurrelmeyer menyatakan, banyak perempuan yang masuk UGD dengan keluhan nyeri dada dan jantung berdebar. Pada kasus berat, bisa terjadi stroke.
Kenali tanda dan gejala lain serangan jantung yang sering tersamar: kelelahan ekstrim, cemas, nafas pendek-pendek; rasa tertekan atau berat di bawah tulang dada atau punggung tengah; berkeringat, mual, muntah, pusing; rasa penuh/begah, gangguan pencernaan, sesak di tenggorokan; detak jantung cepat atau tidak beraturan.
Selama liburan, luangkan waktu untuk diri sendiri dan lakukan hal-hal yang menyenangkan untuk meredakan stres. Misalnya jalan kaki, yoga, atau meditasi. Kuncinya, santai. “Liburan harus menjadi saat menyenangkan bersama keluarga dan teman, bukan bersama dokter di UGD,” kata Kurrelmeyer.