8 Tahap Proses Bayi Tabung | OTC Digest
tahap_prosedur_bayi_tabung

8 Tahap Proses Bayi Tabung

Prosedur bayi tabung atau IVF (in-vitro fertilization) merupakan salah satu cara yang bisa ditempuh oeh pasangan yang belum memiliki anak. Secara umum, ada delapan tahap proses bayi tabung. Dimulai dengan pemeriksaan USG, hormon, saluran telur, dan tentunya kualitas/kuantitas sperma.

Setelah dilakukan langkah-langkah yang perlu diambil sesuai dengan semua hasil pemeriksaan tersebut, masuklah kita ke tahap 2 dan 3, yakni penyuntikan obat. “Ada dua macam obat yang disuntikkan. Yaitu obat untuk membesarkan sel telur, dan obat untuk menekan hormon agar telur yang ditumbuhkan tidak keburu pecah,” papar dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG(K), MSc dari SMART-IVF.

Hormon untuk mengembangkan sel telur (rFSH) disuntikkan selama 10-12 hari. Setelah itu disuntikkan antagonis GnRH untuk mencegah telur keburu pecah sebelum ‘dipanen’.

Baca juga: Sulit Punya Anak, Bayi Tabung bisa Menjadi Pilihan

Selanjutnya dilakukan pengambilan sel telur/oosit (ovum pick up), dilanjutkan dengan pembuahan. Proses pengambilan telur dilakukan dengan anestesi total, karena cukup menimbulkan rasa nyeri. Digunakan USG transvaginal, yang dilengkapi dengan semacam jarum untuk mengambil sel telur. “Jalur ini mengarah ke selang, yang tersambung ke tabung untuk menampung telur,” terang dr. Yassin. Pada saat yang sama, sperma diambil dari suami, di ruangan berbeda.

Di ruangan lain, embriologis sudah bersiap untuk mengawinkan sel telur dengan sperma. Akan dipilih sperma yang paling baik kualitasnya, secara morfologi dan pergerakannya. Selanjutnya, sperma dipertemukan dengan sel telur di cawan patri. Semua ini dilakukan di bawah mikroskop.

Hasil pembuahan kemudian ditumbuhkan di lab; inilah tahap 6, pengembangan embrio. Setiap hari, perkembangan embrio dipantau. “Biasanya pada hari ke tiga atau lima, sudah terbentuk embrio yang baik. kita pilih yang terbaik, dan kita tanam ke dinding rahim ibu,” terang dr. Yassin. Prosedur penanaman embrio (tahap 7) tidak membutuhkan pembiusan karena tidak ada perlukaan. Rasanya seperti pemeriskaan Pap smear saja.

Tahap terakhir tinggal menunggu hasil selama dua minggu, apakah terjadi kehamilan atau tidak. Total waktu untuk satu siklus bayi tabung yakni empat minggu.

Embrio yang ditanam bisa 1-3 embrio. Kelebihan embrio bisa disimpan beku, untuk ditanam kembali lain waktu. Bisa untuk kehamilan berikutnya, atau untuk percobaan berikutnya manakala percobaan pertama gagal.

 

Bayi tabung pintar

Prof. Dr. dr. Budi Wiweko mengembangkan SMART-IVF, singkatan dari Sophisticated, Modern, Affordable Reproduction Technology-IVF. Dengan kata lain, prosedur bayi tabung dengan teknologi canggih, modern, sekaligus terjangkau.

Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa menjangkau layanan bayi tabung. Persoalan utama, jumlah klinik bayi tabung yang terbatas di kota-kota besar saja. “Tantangan kedua, biaya. Biaya bayi tabung di Indonesia sebenarnya tidak terlalu mahal dibandingkan di negara lain. Namun pendapatan per kapita kita masih relatif rendah bila dibandingkan biaya bayi tabung,” tutur Prof. Iko, begitu ia biasa disapa.

Layanan bayi tabung dengan biaya yang lebih terjangkau, tanpa menurunkan kualitasnya, tentu akan sangat membantu bagi banyak pasangan yang membutuhkan. SMART-IVF memodifikasi tiga tahapan pada prosedur bayi tabung, sehingga biayanya bisa lebih terjangkau.

Baca juga: Kapan Harus Memilih Opsi Bayi Tabung

Pada IVF konvensional, dilakukan begitu banyak pemeriksaan lab sehingga biayanya mahal. IVF menggunakan metode smart detection dengan IKO (Indonesian Kalkulator of Oocyte), aplikasi pada ponsel pintar yang dikembangkan oleh Prof. Iko. Dengan metode ini, hanya diperlukan satu pemeriksaan hormonal, yakni hormon AMH (anti Mullerian hormone). Dengan demikian, biaya bisa jauh ditekan.

AMH adalah hormon yang diproduksi oleh folikel sel telur, untuk mematangkan sel telur dan memicunya keluar menuju saluran telur. Kombinasi USG dan penilaian kadar AMH dengan aplikasi IKO, akan menunjukkan jumlah oosit yang matang, serta menentukan dosis rFSH.

Tahap kedua yang dikembangkan dalam SMART-IVF yakni monitoring. “Metode konvensional mengharuskan calon ibu menjalani USG transvaginal dan pemeriksaan darah tiap dua tiga hari. Selain tidak nyaman, ini juga meningkatkan biaya,” ucap dr. Yassin. SMART-IVF menggunakan USG biasa untuk monitoring.

Tahap terakhir yakni pada proses pengambilan oosit. Saat mengambil sel telur, folikel (kantong) telur yang telah berkembang ditusuk, lalu cairannya disedot. Dalam cairan inilah terdapat sel telur. Pada metode konvensional, digunakan teknik flushing, untuk meningkatkan keberhasilan sel telur tersedot bersama cairan folikel.

“Setelah cairan dalam folikel disedot, lalu dibilas dengan cairan khusus, kemudian dikembalikan lagi ke folikel,” terang dr. Yassin. Cairan disedot lagi, lalu dikembalikan lagi ke folikel hingga beberapa kali, biasanya 3-4 kali, sebelum akhirnya diambil untuk diserahkan ke lab. Cairan untuk membilas ini mahal harganya, sehingga akan meningkatkan biaya prosedur bayi tabung.

Pada SMART-IVF, dilakukan metode non flushing. Artinya, cairan yang disedot langsung diambil, tidak dibilas dan dikembalikan ke folikel hingga beberapa kali. “Dengan teknik yang baik, kita bisa melakukan efisiensi tanpa flushing. Sekali sedot, dapat sel telurnya. Ini membutuhkan pelatihan khusus,” pungkas dr. Yassin. (nid)

_________________________________

Ilustrasi: Designed by Brgfx