Diabetes, bukan lagi penyakit orang tua, penyakit ini menjangkit segala umur. Anak-anak, remaja, dan dewasa muda, terutama yang menderita kegemukkan berisiko tinggi menderita diabetes.
Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 menyebutkan, dari 24.417 responden remaja usia >15 tahun berdasarkan kadar gula darahnya, sebanyak 5,7% dicurigai menderita diabetes mellitus tipe 2. Bila penyakit ini dibiarkan penderita harus menyuntikkan insulin setiap hari. Yang ditakutkan adalah bila terjadi komplikasi penyakt jantung, ginjal, dan lain-lain.
Penyebab diabetes pada anak dan remaja adalah faktor lingkungan dan gaya hidup tidak sehat. “Munculnya diabetes di usia muda, banyak yang karena obesitas,” ujar dr. Aman B. Pulungan, SpA(K), President of Asia Pasific Paediatric Endocrine Society.
Obesitas atau kegemukan yang menyerang kalangan muda usia, antara lain karena pola hidup tidak aktif (sedentari), kebiasaan ngemil, kurang tidur dan banyak mengonsumsi fast food.
Menurut dr. Aman, tidak sedikit anak dan remaja yang berperilaku binge eating, atau makan terus menerus dalam jumlah besar tanpa mampu mengontrol. Akibatnya anak remaja menjadi gemuk dan kalau pun tidak gemuk, gula darahnya melonjak. Kadar gula darah puasa (tidak mendapatkan asupan kalori 8-10 jam) di atas normal, yakni >100mg/dL. Dan gula darah sewaktu / setelah tidak puasa, di atas 140 mg/dL.
Di Amerika Serikat, American Diabetes Association (ADA) tahun 2010 mencatat bahwa 1 dari 6 remaja di Negara itu yang berusia 12-19 tahun mengalami kegemukan dan memasuki tahap pre-diabetes. Hasil penelitian seperti dimuat The New England Jounal of Medicine menyatakan bahwa obesitas di usia remaja, berisiko menyebabkan kematian prematur.
Dan saat ini, diabetes diderita oleh 246 juta jiwa penduduk dunia. Diprediksi jumlahnya akan meningkat menjadi 380 juta pada 2025. Penelitian melibatkan 4.857 orang berusia 27 – 66 tahun yang lahir tanpa diabetes. Sebanyak 559 diantaranya meninggal sebelum usia 55 tahun, dan hanya 166 yang meninggal karena sebab yang wajar.
Baca juga : Susu Khusus Penderita Diabetes
Sebanyak 1.214 orang yang masa kecilnya gemuk memiliki frekuensi mortalitas 230 % lebih tinggi dibanding anak kurus. Tingginya kandungan gula dalam darah meningkatkan risiko kematian 73%, sementara tingginya tekanan darah menyumbang risiko 53%.
Indonesia rangking 4 dunia
Telah terjadi ledakan jumlah penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia. Sejak tahun 2000, terdapat sekitar 8,4 juta penderita DM dan diprediksi jumlahnya akan mencapai 21,3 juta tahun 2030.
Ini membuat Indonesia tercatat sebagai negara keempat, dengan penderita diabetes terbanyak di dunia setelah India (31,7 juta), China (20,8 juta) dan Amerika Serikat (17,7 juta).
Diabetes melitus atau kencing manis menyebabkan penderita rentan mengalami infeksi saluran kencing, infeksi paru dan infeksi pada kaki yang bisa mengarah pada amputasi. Diabetes juga bisa menyebabkan kelainan pada pembuluh darah retina dan bisa berakhir dengan kebutaan (retinopati diabetik).
Salah satu cara menghindari diabetes adalah dengan tidak mengonsumsi gula tambahan dalam minuman dan makanan. Menurut ahli gizi Marudut, BS.,MPS dari Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta II, “Gula tambahan (free sugar) merupakan gula yang diperoleh dari proses kimiawi dan ditambahkan dalam proses produksi makanan.”
WHO merekomendasi gula tambahan < 10% dari total energi. Indonesia sendiri belum membatasi konsumsi gula tambahan. Gula tambahan misalnya adalah gula pasir dalam pembuatan sirup atau jus.
Maltodextrin dan dextrosa adalah gula tambahan berbahan dasar jagung, sedangkan isomaltulose olahan dari madu dan gula tebu. Berdasarkan penelitian, 90% gula tambahan digunakan dalam produk susu, disusul produk buah-buahan (80%), sedangkan jeli, sirup, madu sebanyak 50%.
Diabetes dapat menyerang siapa saja, termasuk yang masih muda usia. Kabar baiknya penyakit ini dapat dicegah. (jie)