Terapi Katarak Anak | OTC Digest

Terapi Katarak Anak

Katarak pada bayi dan anak-anak perlu segera diterapi. Terapi katarak anak memerlukan beberapa tahapan. Berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang terapi katarak pada anak.

Katarak pada anak berbeda dengan pada orang dewasa yang fungsi penglihatannya sudah matang. Pada anak / bayi, stimulasi saraf optik akan terganggu dengan adanya katarak. Saraf optik yang tidak terstimulasi baik mempengaruhi fungsi penglihatan ke depannya.

Menurut dr. Ni Retno Setyoningrum, Sp.M(K), M.Med.Edu, dari RS Jakarta Eye Center (JEC), Kedoya, jika diameter katarak >3 mm perlu segera dilakukan operasi. Pertama-tama, dilakukan USG mata untuk melihat apakah saraf retina secara anatomis terlek di tempatnya. Selain itu bisa dilakukan pemeriksaan penunjang untuk meilihat ada tidaknya infeksi tokso, rubella atau penyakit lain.

Dilakukan pemeriksaan lain seperti posisi dan gerak bola mata, pemeriksaan ketajaman penglihatan, pemeriksaan segmen anterior (bagian mata dari kornea sampai lensa) dan posterior (dari tepi lensa bagian belakang sampai retina).  

“Pada anak usia > 7 tahun, pemeriksaan fungsi sarafnya lebih mudah dibanding anak < 7 tahun, membutuhkan bius umum,” jelas dr. Retno.

Baca juga : Kenapa Anak Bisa Katarak

Operasi katarak pada umumnya adalah mengganti lensa yang keruh dengan lensa baru (lensa intraokuler). Namun, pada anak <1 tahun, kadang terdapat kondisi yang menyulitkan untuk memasang lensa intraokuler, seperti bola mata yang telalu kecil, diameter lensa < 9mm, mengalami glaukoma atau ada infeksi lain.

“Pada kondisi ini biasanya hanya kekeruhannya saja yang dihilangkan,” ujar dr. Retno. “Atau, dibiarkan saja jika diameter katarak < 3 mm dan tidak berkembang. “

Operasi katarak akan memperbaiki fungsi penglihatan jauh. Sementara untuk melihat dekat, anak tetap membutuhkan kacamata.

Pascaoperasi

Dr. Retno mengungkapkan, biasanya setelah operasi mata, kerepotan mulai dirasakan orangtua. Masalah yang muncul seperti anak/bayi akan rewel saat matanya ditetes. “Akan terasa perih, karena di sana ada jahitan,” katanya. Hal lain adalah anak mungkin akan menolak jika salah satu mata harus ditutup, atau harus memakai kacamata.

Di satu sisi setelah operasi, anak masih harus melakukan terapi mata malas atau ambliopia; dengan menutup salah satu bola mata yang sehat. Tujuannya untuk menstimulasi saraf-saraf optik mata, yang sebelumnya tertutup katarak. 

Terapi ambliopia akan menstimulasi tajam penglihatan anak dengan kacamata atau lensa kontak, sesuai kelainan refraksinya. Ini dilakukan berkesinambungan karena akan membutuhkan pergantian kacamata/lensa kontak sesuai perkembangan tajam penglihatan anak.

Terkadang pada beberapa kasus dibutuhkan operasi lagi karena trauma, misalnya akibat kepala terantuk atau mengucek terlalu keras. Juga akibat peradangan yang berkelanjutan, atau kekeruhan kembali.

Keberhasilan pascaoperasi ditentukan oleh kepatuhan menjalani terapi, peran orangtua sangat besar dalam membantu pemulihan penglihatan si kecil. (jie)