Ajang Piala Dunia 2018 yang sedang berlangsung saat ini tampaknya menimbulkan euforia, terutama di kalangan anak-anak dengan mendadak demam bola. Bermain bola, baik pada orang dewasa atau anak-anak, memiliki risiko terjatuh dan luka. Bagaimana pertolongan pertama pada luka?
Pada saat bermain bola, atau olahraga pada umumnya, bisa terjadi luka abrasi atau luka gesek. Luka ini tergolong sebagai luka yang dangkal, terjadi sobekkan lapisan kulit terluar (epidermis) akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata.
Luka saat olahraga paling sering terjadi di area kaki dan tangan, seperti lutut, tulang kering, pergelangan kaki atau siku, karena struktur kulit yang lebih tipis.
Lapisan permukaan kulit yang mengelupas dapat mengandung berbagai partikel kotoran, yang dapat menyebabkan infeksi atau komplikasi lain jika tidak segera dibersihkan atau diobati.
“Bahkan di udara juga mengandung kuman. Sehingga walau luka ringan perlu segera diberikan obat luka yang isinya larutan antiseptik,” papar dr. Dedy Kartawidjaja, Head of Medical Affairs Mundipharma Indonesia.
Sebagian besar luka abrasi akan sembuh dalam beberapa hari sampai satu minggu. Selama proses penyembuhan, tubuh akan memroduksi platelet (keping darah) yang terlibat dalam proses pembekuan darah.
Platelet-platelet ini akan menggumpal dan membentuk keropeng, yang bertujuan melindungi area luka. Sel-sel baru akan segera terbentuk untuk menggantikan bagian kulit yang rusak, dan sel darah putih membantu melindungi / mencegah munculnya infeksi. Keropeng akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu.
”Luka gores biasa sebaiknya dibuka saja (tidak ditutup perban). Jika ditutup, maka risiko pertumbuhan kuman lebih besar dan penyembuhannya lebih lama. Kalau ditutup udara lebih lembab, ini adalah media terbaik pertumbuhan kuman,” terang dr. Dedy, dalam peluncuran acara BETADINE® Soccer Camp yang bekerja sama dengan Manchester City FC, di Jakarta (28/6/2018).
Namun, pada luka gesek (abrasi) yang besar memang dianjurkan untuk menutup luka. Tujuannya untuk mengurangi kontaminasi kuman dari udara, dan melindungi area luka. Pemakaian obat luka sebaiknya ikuti anjuran pemakaian; biasanya tidak lebih dari 3 kali sehari.
“Kalau lukanya sudah kering tidak perlu pakai antiseptik lagi,” tegas dr. Dedy.
Pertolongan pertama
Saat terjadi luka biasanya anak-anak akan menangis atau ketakutan, maka langkah pertama adalah dengan memenangkan si kecil dan tekankan bahwa perasaan sakit atau tidak nyaman itu hanya sebentar.
Kedua, cuci tangan dengan air mengalir atau cairan antiseptik, sebelum merawat luka si kecil. Tujuannya untuk memperkecil risiko penyebaran kuman penyebab infeksi dari tangan saat merawat luka.
Ketiga, cuci luka dengan air dingin atau hangat. Usap lembut area yang terluka untuk menghilangkan kotoran yang mungkin menempel. Lebih disarankan, mencuci dengan air mengalir beberapa menit.
Keempat, hentikan perdarahan dengan menekan luka dengan lembut beberapa saat menggunakan kain bersih atau kain kasa. Usahakan untuk mengangkat luka lebih tinggi dari jantung. Dan, beri obat luka pada area kulit yang mengelupas.
“Pastikan obat antiseptik yang kita gunakan belum expired. Karena kalau sudah expired, obat itu tidak akan memberi efek apa-apa. Saat ini juga sudah ada obat antiseptik semprot, yang isinya seperti bedak dan langsung kering. Ramah untuk anak-anak, karena tidak menyebabkan perih,” tutup dr. Dedy. (jie)