Perbaikan Nutrisi Anak Sehabis Sakit | OTC Digest
gizi_anak_setelah_sakit

Perbaikan Nutrisi Anak Sehabis Sakit

Kerap anak jadi lebih kurus bahkan berat badan (BB)-nya sekian kilo setelah sakit, apalagi bila sampai dirawat di RS. Tidak jarang ini membuat orangtua cemas. Selama sakit, memang wajar bila nafsu makan anak hilang. “Pada masa pemulihan, asupan nutrisi harus berangsur-angsur ditingkatkan, sehingga pemulihan (recovery) lebih cepat,” ujar drPauline Endang Praptini, MS, Sp.GK, dari RS Fatmawati, Jakarta. Masalahnya, setelah sembuh anak sering tidak nafsu makan. Bila sebelum sakit berat badan (BB) anak sudah kurang karena memang susah makan, “Masa pemulihan akan lebih lama lagi, dan anak berisiko mengalami kurang nutrisi,” imbuh dr. Pauline.

Mengembalikan selera makan anak dalam masa penyembuhan, sama halnya dengan mengatasi anak yang sehari-hari susah makan. “Kita harus tahu kesukaan anak. Jangan memaksakan kehendak, padahal anak tidak menyukai makanan tertentu,” terang dr. Pauline. Bila terus dipaksakan, anak malah bisa ketakutan dan trauma. Selera anak harus diikuti, “Sambil juga belajar makan makanan lain, tapi dengan cara yang menyenangkan.”

Misalnya, buatlah makanan dengan bentuk yang lucu dan warna menarik. Jangan memaksa anak mengonsumsi makanan yang sama dengan orangtua. “Tidak harus makan nasi. Sumber karbohidrat bisa diganti kentang, roti, atau burger,” ujar dr. Pauline. Anak senang bila makanannya bervariasi.

Bila selama masa pemulihan, anak benar-benar tidak berselera terhadap makanan padat, bolehkah diganti susu? “Boleh. Untuk sementara 1-2 hari, bisa diberikan makanan cair. Tapi selama masa ini pun, tetap coba berikan makanan padat,” ucap dr. Pauline. Lagi-lagi, makanan padat tidak harus nasi. Bisa dibuat agar-agar, puding, atau bubur. Bubur pun tidak harus bubur nasi; bisa berupa bubur mutiara, misalnya, dengan warna yang menggoda; atau sup krim.

Ada susu tinggi kalori. “Untuk sementara bisa diberikan kepada anak yang sulit sekali makan, karena kandungan kalorinya lebih tinggi daripada susu biasa, komposisi nutrisinya pun mungkin lebih lengkap, jadi memang seperti pengganti makanan,” tutur dr. Pauline. Ini bisa membantu, karena dengan ukuran yang sama dengan susu, kalori yang didapat anak lebih banyak. Sebagai perbandingan, susu biasa mengandung 0,67 kkal/cc; sedangkan susu tinggi kalori, 1 cc=1 kkal, bahkan ada yang 1 cc=1,5 kkal. Secara perlahan, pola makan harus dikembalikan seperti semula, yakni makanan padat. Susu hanya sebagai tambahan atau pengganti sementara.

Berapa banyak susu yang boleh dikonsumsi, tergantung kondisi dan kebutuhan anak. Yang penting, semua zat gizi dipenuhi sesuai prinsip gizi seimbang. (nid)