Pahami Kerja Otak, Tingkatkan Kecerdasan Anak | OTC Digest

Pahami Kerja Otak, Tingkatkan Kecerdasan Anak

Semua orangtua menginginkan memiliki anak berotak cemerlang. Lewat stimulasi yang tepat hal tersebut dapat terwujud.

Otak (encephalon) disebut juga organ pusat sistem saraf. Di otak, informasi diolah, stimulasi direspon dan emosi dilepaskan. Stimulasi penting diberikan untuk menentukan kecerdasan anak, selain faktor genetik dan nutrisi.

Menurut Marian C. Diamond, Ph.D., neuroanatomist dari University of California, Amerika Serikat, seseorang yang mendapat stimulasi tepat, otaknya lebih rapat, koneksi antarsel otak bertambah. Sebaliknya, jika stimulasinya tidak tepat, koneksinya akan runtuh.

Saat direkam, sel otak ternyata selalu bergerak mencari koneksi. Bagaimana menciptakan koneksi di otak? “Dengan mempelajari hal baru atau kebiasaan baru. Belajar, dalam tinjauan neuroscience, adalah pembentukan koneksi baru atau penguatan yang sudah ada. Supaya koneksinya kuat, yang harus dilakukan adalah pengulangan sesering mungkin,” ujar Boby Hartanto, Mpsi., pakar brain base stimulasi.

Manusia belajar melalui 3 saluran. Pertama visual, dengan memakai gambar, bagan atau warna. Otak manusia pada dasarnya menyukai bentuk dan gambar berwarna. Itu sebabnya, anak lebih mudah membaca komik dari pada novel.

“Warna akan menjadikan segala sesuatu lebih hidup dan menyenangkan. Maka, kalau mau menstimulasi otak, pakailah poster dan afirmasi,” tambah Boby. Afirmasi adalah kata-kata positif, yang ditanamkan pada anak. Biasanya untuk menerangkan gambar/poster yang dimaksud.

Kedua, auditori. Aspek suara berpengaruh besar pada kemudahan seseorang memahami sesuatu, misalnya dengan dogeng atau musik. Dalam otak terdapat gelombang theta, yang terjadi waktu menjelang tidur dalam. Ia berperan menyimpan informasi yang terjadi seharian ke pusat informasi jangka panjang.

“Sekitar 5-10 menit menjelang tidur, dipakai untuk menanamkan memori. Itu sebabnya, kalau anak didongengin menjelang tidur, akan ingat sampai dewasa. Pesan dari dongeng disimpan dalam long term memory,” ujar Boby. 

Terakhir, kinestetis atau gerakan. Anak dengan kecenderungan kinestetis biasanya sangat dinamis. Mengajar dengan gerakan memudahkan anak memahami materi. Anak kinestetis mudah stres, jika harus melakukan sesuatu yang sudah ditentukan.

Mereka lebih senang dan merasa tertantang, untuk mengeksplorasi suatu hal. Metode belajar yang biasanya dilakukan dengan memberikan bahan, diberi ide penggunaan bahan tersebut dan biarkan ia mengutak-utik sampai jadi.

“Tidak ada anak yang secara mutlak dominan salah satu saluran tersebut. Jadi, makin banyak saluran yang dipakai, makin mudah anak belajar. Rangsanglah secara visual, auditori dan kinestetis karena akan memudahkan materi disimpan dan dipanggil lagi dalam memori kita,” pungkas Boby. (jie)

 

Baca juga: Stimulasi Otak Kanan Tingkatkan Kreativitas Anak