Orangtua Perokok Rentan Sebabkan Pneumonia Pada Balita | OTC Digest

Orangtua Perokok Rentan Sebabkan Pneumonia Pada Balita

“Saya tidak pernah merokok di depan anak-anak.”

Kalimat tersebut kerap terdengar, atau bahkan mungkin kita ucapkan. Tahukah Anda bahwa residu racun asap rokok tetap menempel di dalam ruangan dan berisiko menyebabkan pneumonia pada bayi dan balita.

Pneumonia , menurut UNICEF (2015), merupakan penyebab kematian kedua pada bayi dan balita di Indonesia, setelah diare. Sekitar 10-20% balita meninggal karena pneumonia. “Ini setara dengan 50.000 anak/tahun; 12.500 anak/bulan; atau 416 anak/hari,” kata dr. Darmawan Budi Setyanto, SpA(K).

Pneumonia adalah radang akut (terjadi kurang dari 2 minggu) jaringan paru (alveoli) dan sekitarnya. Pneumonia merupakan manifestasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat. Penyebabnya berbagai macam bakteri, virus atau jamur.

“Paling sering menyerang anak balita, karena sistem pertahanan tubuhnya belum matang sempurna. Nanti akan naik lagi (banyak kejadiannya) pada usia lansia,” tambah dr. Darmawan.

Bakteri penyebab pneumonia yang tersering adalah pneumokokus (Streptococcus pneumonia) dan Hib (Hemophilus influenza type b). Virus tersering penyebab pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV), virus influenza, campak atau morbili.

Lantas apa hubungannya dengan merokok? Asap rokok – yang mengandung sekitar 4000 senyawa kimia – mampu melemahkan sistem pertahanan tubuh di saluran napas. Bakteri atau virus menjadi lebih gampang menginfeksi saluran napas.

Sebagaimana diketahui perokok pasif (2nd hand smoker) juga berisiko teracuni asap rokok. Ternyata hal yang sama terjadi pada mereka yang tinggal bersama perokok walau tidak menghirup secara asap rokok secara langsung.

“Residual zat beracun dari asap rokok akan menempel ke seluruh permukaan ruangan, seperti di atas sofa, gorden (tirai), pakaian, bahkan rambut. Ini disebut 3rd hand smoker,” papar Dr. dr. Nastiti Kaswandani, SpA(K), Ketua UKK Respirologi PP IDAI. “3rd hand smoker berbahaya bagi bayi dan anak-anak.”

Baca juga : Anak yang Tinggal di Apartemen Rentan Terpapar Bahaya Asap Rokok

Data menyatakan anak yang terpapar rokok, empat kali lebih tinggi memerlukan rawat inap, dan 2-3 kali lebih tinggi masuk unit gawat darurat karena masalah pernapasan.

Walau bau asap rokok bisa hilang dengan membuka jendela, vacuum atau menyalakan kipas angin, tetapi residu zat racun tidak. Anak yang tinggal dengan perokok lebih banyak/sering sakit.

“Termasuk pemakaian rokok elektrik atau vape,” tegas dr. Nastiti. Rokok elektrik tetap menghasilkan nikotin dalam bentuk uap, bukan asap, dan tetap mengandung bahan karsinogenik (pemicu kanker) serta bahan oksidatif (radikal bebas).

Dalam jurnal ilmiah European Respiratory disebutkan, bahwa rokok elektrik meningkatkan kerentanan terhadap bakteri penyebab pneumonia. Dalam studi lain yang dikeluarkan oleh American Thoracic Society (2014) menyatakan bahwa rokok elektrik dapat meningkatkan kuman yang resisten/kebal terhadap obat.

Banyak orang memilih memakai rokok elektrik sebagai upaya menghentikan kecanduan pada rokok konvensional (tembakau). Namun dalam konferensi WHO Framework Convention on Tobacco Control (2014) dinyatakan tidak cukup bukti bahwa vape bisa membantu seseorang untuk berhenti merokok. (jie)