Mengelola Obesitas Anak Secara Holistik | OTC Digest

Mengelola Obesitas Anak Secara Holistik

“Pantas anaknya gemuk. Papa mamanya gemuk,” ucapan seperti ini sering kita dengar. MEski tidak selalu demikian, tapi pendapat ini ada benarnya. Bukan berarti kegemukan diturunkan secara genetik. Memang, faktor genetik berpengaruh dalam metabolisme sehingga ada sebagian orang yang cenderung mudah gemuk. Namun yang lebih banyak “diturunkan” yakni pola makan dalam keluarga. Bila pola makan di rumah banyak mengandung gula, garam dan lemak serta minum serat, maka anak akan terbiasa dengan pola makan seperti ini.

Dijelaskan oleh dijelaskan Aurora Lumbantoruan M.Psi, “Konsumsi gula turut berhubungan dengan faktor Pendidikan orangtua dan latar belakang sosial ekonomi keluarga.” Orangtua yang kurang memahami soal nutrisi dan makanan sehat, cenderung membeli makanan murah, yang mungkin tinggi karbohidrat, garam dan lemak. Misalnya gorengan bertepung sebagai lauk, dengan porsi nasi yang terlalu banyak agar kenyang.

Padahal, pola makan demikian tidak berimbang. Akhirnya, bisa ditebak, anak menjadi gemuk. “Anak gemuk cenderung memiliki orangtua yang gemuk pula,” imbuhnya. Ini diungkapkannya dalam diskusi bersama Forum Ngobras di Jakarta beberapa waktu lalu.

Maka, orangtua berperan besar dalam mencegah obesitas pada anak. Pencegahan dibagi menjadi pencegahan primer, sekunder dan tersier. Yang pasti, semua ini harus dilakukan secara holistik: meliputi perbaikan pola makan dan aktivitas fisik, dan dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.

Pencegahan primer dilakukan pada anak yang belum mengalami kegemukan, dengan cara menerapkan kebiasaan makan sehat dan aktivitas sehat. “Ada semacam Food rules, yang harus dipatuhi yaitu mematuhi jadwal makan anak, hanya saat jam makan,” terang dr. Klara Yuliarti Sp.A(K), staf pengajar dari FKUI. Anak obesitas sering disebabkan oleh susu yang berlebihan atau kebanyakan makan. “Makan sebaiknya tidak boleh lebih dari 30 menit, dan tidak ada makanan lain di antara waktu makan kecuali buah,” tambahnya.

Untuk anak yang sudah terlanjur obesitas, perlu dilakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Caranya, pantau BMI anak secara rutin, dan mendeteksi deposit lemak sejak dini. Deposit lemak sejak dini sebelum usia 6 tahun berkaitan dengan obesitas saat dewasa.

Dr. Klara menegaskan, anak tidak perlu diprogram untuk program diet macam-macam atau yang aneh-aneh. Mereka masih dalam masa pertumbuhan. Yang terbaik yakni memperbaiki pola makan dengan asupan gizi seimbang. Terdiri dari karbohidrat 50-60%, protein 15-20%, dan lemak <30%.

“Minuman untuk anak hingga usia satu tahun yakni hanya air putih atau susu. Tidak boleh minuman kemasan dengan kandungan gula tinggi,” tandas dr. Klara. Bahkan jus buah yang dibuat sendiri pun tidak disarankan. Menurutnya, jus buah bisa memicu anak menjadi obes atau sebaliknya, kurang gizi. Jus buah yang tinggi gula, tentu bisa memicu obesitas. Bagaimana kalau tidak ditambah gula? “Jus buah membuat anak jadi kenyang. Akibatnya, ia tidak mau makan makanan utama sehingga bisa kekurangan gizi,” terangnya.

Tidak akan efektif bila perbaikan pola makan hanya diterapkan pada anak yang obes. Pola makan orangtua dan keluarga pun perlu diperbaiki. Selain itu, orangtua juga harus mengajak anak bergerak, dan orangtua turut beraktivitas fisik bersama anak. Misalnya bersepeda bersama di sore hari dan akhir pekan. Untuk rekreasi, bisa dipilih aktivitas outbond atau berenang daripada makan dana jalan-jalan ke mal.

Dengan dukungan keluarga seperti ini, anak merasa tidak sendirian, sehingga lebih bersemangat menjalani pola hidup yang lebih sehat. Rasa percaya dirinya pun akan meningkat karena ia merasa bahwa keluarga mendukungnya dan akan selalu ada untuknya. (nid)

 

Baca juga: Obesitas Anak Munculkan Penyakit Kronis