Susu sapi dapat menyebabkan reaksi alergi pada anak. Itu karena susu sapi mengandung setidaknya 20 protein yang dapat mencetuskan alergi. Paling sering adalah beta laktoglobulin. Tubuh anak yang punya bakat alergi (atopi), menganggap protein susu sapi sebagai benda asing. Tubuh akan memproduksi antibodi imunoglobulin E (IgE) untuk melawan “zat asing” tersebut.
Menurut dr. Badriul Hegar, Ph.D, Sp.A(K), dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dalam tiap populasi terdapat 30% anak yang atopi. Bila salah-satu atau kedua orangtua memiliki alergi, anak berisiko 20-70% terkena alergi. “Walau orangtua tidak mempunyai riwayat alergi, anak berisiko alergi 10-20% karena lingkungan,” katanya.
Gejala alergi beragam. Sekitar 3 jam setelah minum susu sapi, kulit memerah, bengkak atau gatal. Reaksi bisa juga lambat sampai 1 minggu, berupa mual, muntah, konstipasi sampai diare. Gejala lain: hidung tersumbat, batuk, gatal dan mata berair. Reaksi alergi bisa parah (syok anafilaksis) seperti perubahan suara, penyempitan dan kerongkongan bengkak, penyempitan rongga dada dan sulit bernapas.
Bagaimana menghadapi alergi pada anak? Ibu yang memberi ASI ekslusif tetapi anaknya mengalami alergi, hindari makanan pencetus alergi seperti kacang, telur, ikan (sea food), susu sapi dan turunannya (keju, biskuit, es krim). Bayi yang diberi susu sapi/makanan pendamping, eliminasi dulu makanan tersebut selama 2 minggu – 1 bulan. Jika alergi berkurang, hentikan pemberian susu sapi/makanan pendamping sampai 6 bulan. Jika tidak, berarti alergi dipicu oleh lingkungan yang tidak bersih.
Dalam ASI terkandung kolostrum yang berfungsi memfasilitasi kematangan saluran cerna. Bayi dengan ASI ekslusif, saluran pencernaannya lebih baik, dibanding yang tidak mendapat ASI ekslusif. “ASI tidak menimbulkan alergi. Kandungannya natural, jadi tidak mungkin dianggap benda asing oleh tubuh anak. Makanan yang dikonsumsi ibu yang perlu diubah,” tegas dr. Hegar.
Ibu yang tidak dapat menyusui bayinya, untuk mencegah alergi berikan susu formula parsial hidrolisat. Yaitu susu sapi yang memecah protein sapi di dalamnya. Pilihan lain adalah susu kedelai (soya) yang kaya fitoestrogen dan isoflavon. Sistem pencernaan yang semakin matang, terbentuknya enzim imunoglubulin A (IgA) yang berfungsi melindungi permukaan usus dari bakteri patogen dan virus, alergi susu sapi akan hilang di usia 2-3 tahun. (jie