Lho Kok Mikropenis?  | OTC Digest

Lho Kok Mikropenis? 

Size does matter, demikian jika kaum Adam membicarakan tentang ukuran penis. Sebagai orangtua kita perlu khawatir jika ukuran penis anak tidak berkembang normal, alias terlalu kecil. Bagaimana terapinya?

Mikropenis. Ini adalah kondisi di mana pertumbuhan penis lebih kecil dari seharusnya. Yakni, panjang penis kurang dari 2,5 standar deviasi ukuran normal penis pria, pada usia tertentu. Penis bayi baru lahir saat rileks, sekitar 3-4 cm; anak usia 1-4 tahun 5-6 cm; anak usia 6 tahun antara 5-7 cm. 

Kevan R. Wylie, urolog dari Royal Hallemshire Hospital, Inggris, meneliti rata-rata ukuran penis pria Inggris saat ereksi antara 14 –16 cm dengan diameter 4,8 cm. Mikropenis, menurut Wylie, jika kurang dari 7 cm ketika ereksi.

Menurut spesialis endokrin anak dari FKUI-RSCM, Dr. dr. Aman B. Pulungan SpA (K), penyebab mikropenis antara lain kelainan hormon, sindroma tertentu yang berkaitan dengan kelainan bawaan, kelainan susunan saraf pusat atau penyebab tidak diketahui (idiopatik). “Yang jelas, mikropenis tidak diturunkan,“ katanya.

Kelainan ini juga disebabkan endocrine disrupter chemicals (EDC). Yakni zat kimia yang menghambat kerja hormon androgen – hormon yang mempengaruhi perkembangan testis, penis, pertumbuhan rambut di wajah, pertumbuhan otot, mendalamkan suara.

Hormon androgen yang juga mengatur gairah seksual, ialah testosteron. EDC juga dikenal sebagai diklorodifenil-trikloroetan (DDT) dalam pestisida tanaman, yang oleh WHO sudah dilarang karena berbahaya.

“Studi di wilayah tertentu di China menemukan fenomena mikropenis pada bayi, berhubungan dengan kandungan zat kimia dalam pestisida yang masuk ke dalam tubuh,” kata dr. Aman. 

Dengan terapi hormon, kelainan ini dapat disembuhkan. Terapi diberikan sebelum anak memasuki masa pubertas (12-14 tahun). Lewat usia  itu, mikropenis sulit sembuh karena tubuh sudah memroduksi testosteron layaknya orang dewasa, sehingga tidak bisa ditambah lagi. Terapi antara lain dengan suntik hormon testosteron, hormon gonadotropin dan hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin).

Terapi hormon testoteron pada anak dan remaja, perlu pengawasan ketat karena berisiko memperberat kerja lever dan menimbulkan agresivitas seksual dini. Kata dr. Aman, “Pemberian testoteron sesuai kebutuhan anak. Terapi suntikan diberikan maksimal 4 kali tiap 3-4 minggu. Efek samping yang kerap timbul adalah sering ereksi dan memacu pubertas, jika dosis berlebihan. Juga menutup lempeng tulang, hingga pertumbuhan terhambat.”          

Sedangkan hormon gonadotropin adalah suntikan yang berisi hormon LH dan FSH recombinant, berfungsi merangsang produksi testosteron alami dari tubuh sehingga cukup aman. Suntikan hormon hCG, untuk merangsang sel Leydig dalam testis, agar secara alami memroduksi testosteron.

Uji yang dilakukan Almagens, 1993, suntikan hCG sudah menambah ukuran penis setelah 3 kali suntikan berturut-turut, selama 3 hari. Dan terapi hormon, relatif tidak mahal.

Mikropenis bukan berarti tidak subur, selama testis berkembang dengan normal. Jika testis tidak turun dalam kantung (scrotum) atau kecil, barulah kesuburan terganggu. (jie)