Kenali Tanda Diabetes Tipe 1 Pada Anak (Bagian 2) | OTC Digest

Kenali Tanda Diabetes Tipe 1 Pada Anak (Bagian 2)

Saat ini masyarakat banyak yang tidak paham jika anak-anak bisa mengidap diabetes atau kencing manis. Akibatnya, sebagian besar penderita DM tipe 1 meninggal karena tak terdiagnosis. Padahal, kini terjadi peningkatan kasus diabetes anak sampai 400 persen. Data Mei 2009 menunjukkan 156 anak menderita DM1, sementara pada April 2011 meningkat menjadi 609 anak.

“Sekarang ini, hampir tiap minggu ada pasien baru. Di Bali, yang dulu tidak ada, sekarang ada 27 anak penderita DM 1,” kata dr. Aman Bakti Pulungan, SpA(K). “Kalau ada anak makannya banyak, sering minum, sering berkemih, tapi berat badannya justru menurun dan tampak kelelahan, segera periksa gula darahnya karena itu gejala DM.”

Penyakit DM ditunjukkan dengan kadar gula darah puasa (tidak mendapatkan asupan kalori 8-10 jam) diatas normal, yakni >100mg/dL. Dan gula darah sewaktu / setelah tidak puasa diatas 140 mg/dL. Maka, perlu ada pemeriksaan gula darah secara berkala pada orang dewasa/anak yang dicurigai menderita DM.

Pada anak yang sudah terdiagnosis DM tipe 1, wajib melakukan pemeriksaan HbA1C atau hemoglobin terglikasi per 3 bulan. “Bila HbA1C di bawah 8% berarti hampir sama dengan anak normal; mata bagus, ginjal tidak  masalah, juga jantungnya. Jika di atas 8%, komplikasi bisa terjadi,” ujar dokter yang menjabat President of Asia Pacific Paediatric Endocrine Society ini.

Lonjakan pendertia diabetes anak, biasanya terjadi pada musim liburan yakni pada bulan Februari dan Juli. Saat liburan, seharusnya orangtua waspada. Maka, setiap memasuki tahun ajaran baru, di sekolah perlu dilakukan pemeriksaan gula darah. Hal ini dilakukan untuk deteksi dini diabetes pada anak. Dan tentunya, bukan sebagai acuan penerimaan murid baru.

Baca juga : Kenali Diabetes Tipe 1 Pada Anak (Bagian 1)

Terapi insulin

Penderita DM 1 mutlak membutuhkan terapi insulin pengganti. Menurut Mark A. Sperling, MD, spesialis endokrin anak dari Amerika Serikat, tatalaksana DM tipe 1 melalui 3 fase.

Pertama, fase DKA dengan memberikan cairan, mengembalikan keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemberian insulin.

Fase dua, disebut tahap trasisi/ subakut. Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, seperti infeksi. Juga stabilisasi insulin, menyusun pola diet, olahraga dan edukasi pada orangtua.

Fase terakhir, yakni tahap pemeliharaan, bertujuan mempertahankan status metabolik dalam batas normal.

“Sebenarnya, orang yang tidak menyandang DM-pun perlu mengatur pola makan, dan olahraga,” ujar dr. Aman. Ada pun bagi penderita DM, perlu disuntik insulin yang  bisa menimbulkan rasa sakit dan takut pada anak. Padahal, suntikan harus dilakukan terus menerus.

Orangtua perlu membujuk dan memberikan arahan bahwa itu semua demi kebaikan dan kesembuhan. Dan bila anak mulai besar, perlu diajari untuk dapat menyuntik sendiri. 

The American Diabetes Association memberi tuntunan untuk orangtua dan anak, saat melalukan cek gula darah dan suntik insulin:

1. Ambil napas dalam-dalam dan keluarkan perlahan-lahan.

2. Berikan joke/lelucon untuk anak, atau nyanyikan lagu favoritnya selama disuntik.

3. Biarkan anak bermain dokter- dokteran dan berpura-pura memberikan suntikan pada orangtua  lebih dulu.

4. Minta anak menceritakan, apa yang paling menyenangkan hari itu.

5. Beri ciuman pada tempat suntikan, lakukan suntikan secepat mungkin, dan beri ciuman sekali lagi setelah selesai disuntik.

6. Beri anak pujian, karena berani. (jie)