Kenali Tanda Diabetes Tipe 1 Pada Anak (Bagian 1) | OTC Digest

Kenali Tanda Diabetes Tipe 1 Pada Anak (Bagian 1)

Faiz (6 tahun) siswa kelas satu sekolah dasar (SD), tidak berbeda dengan  anak normal. Orang tuanya senang melihat Faiz, sebab meski badannya kurus nafsu makannya baik. Anehnya, berat badan Faiz terus menyusut, perut membuncit dan kerap buang air kecil dan sering ngompol. Orangtua menduga Faiz cacingan. Saat dilakukan pemeriksaan, diketahui kadar gula darah puasa di atas 200 mg/dL,dan setelah makan kadar gulanya meningkat sampai 400 mg/dL atau di atas normal.

“Kata dokter, dia belum pernah menangani anak dengan kadar gula darah sedemikian tinggi,” ujar Arif, ayah Faiz. Faiz dirujuk ke dokter spesialis endokrin anak. Didiagnosa, Faiz mengidap diabetes mellitus (DM) tipe 1 dan harus disuntik insulin setiap hari.

Tidak banyak orangtua memahami bahaya mengancam anak mereka bila mengidap penyakit diabetes tipe 1. Faiz mengidap penyakit ini karena pankreasnya tidak bisa memroduksi insulin.

Penyebab “ngambek”nya pankreas, bisa karena autoimun (sistem kekebalan tubuh menyerang tubuh sendiri), infeksi virus tertentu atau sel parkreas rusak sehingga tidak mampu memroduksi insulin, yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan gula darah.

Ahli endokrin anak, dr. Aman Bakti Pulungan, SpA(K) menyatakan, pakem bahwa DM tipe 1 terjadi karena faktor keturunan, kini tidak berlaku lagi. “Hanya sekitar 10% yang karena keturunan. Ada yang asimtomatik atau sebabnya tidak diketahui,” ujarnya.

Dijelaskan, diabetes pada anak secara medis dapat ditangani. Dalam beberapa tahun terakhir, di Indonesia 37% anak masuk ICU karena koma diabetik atau komplikasi diabetes parah. Dan sebanyak 16 anak meninggal dalam 26 bulan terakhir.

Kondisi gawat darurat

Diabetes dapat  menyebabkan pembengkakan di otak, saluran napas, perut, kerusakan mata atau ginjal. Dokter sendiri kerap salah mendiagnosa; saat anak menngalami sesak dianggap pneumonia. Atau ketika perutnya sakit dianggap usus buntu. Karena diagnosa tidak tepat, obat yang diberikan pun salahu. Akibatnya anak bisa meninggal. 

Kegawatdaruratan akibat tingginya kadar gula dalam darah disebut Diabetic Ketoacidosis (DKA). Tingginya gula darah menyebabkan darah menjadi asam. Ginjal tidak mampu mengatasi lonjakan kadar gula darah dan memicu pengeluaran urine yang berlebih. Akibatnya tubuh mengalami dehidrasi sampai 10%.

Di saat yang sama, tubuh kekurangan insulin dan mengalami panic mode, yakni mulai membongkar cadangan lemak dan otot untuk digunakan sebagai energi. Hal ini biasanya membuat penderita mengalami diare atau demam tinggi. Pada tingkat yang parah, diabetasi (pengidap diabetes) dapat kehilangan kesadaran dan mengalami serangan jantung.

Sekitar 5% DKA, tidak diketahui penyebabnya. Maka, bila anak merasa sering kehausan, kerap berkemih, hilang nafsu makan, detak jantung meningkat dan napas  berbau seperti buah, itu tanda mengalami DKA. Anak perlu segera dibawa ke dokter. (jie)

Bersambung ke bagian 2