Kapan Memulai Seks Edukasi ke Anak? | OTC Digest

Kapan Memulai Seks Edukasi ke Anak?

“Ma, kok aku nggak punya penis seperti kakak? Kenapa aku nggak boleh pipis sambil berdiri seperti kakak?” Pertanyaan seperti itu kerap terucap dari mulut si kecil, dan tak jarang membuat orangtua bingung bagaimana harus menjawab.

Adalah normal, bila seorang anak ingin tahu tentang keadaan tubuhnya. Budaya timur yang menganggap tabu urusan seks, bisa menjadi penghalang bagaimana memberikan informasi secara benar kepada anak.

Seks secara ilmiah dipahami sebagai jenis kelamin dan peran yang mengikutinya, bukan semata-mata tentang hubungan badan. Orangtua perlu memberi informasi mengenai seksualitas dengan menanamkan moral, etika dan komitmen agama, sehingga tidak disalahgunakan.

Sani B. Hermawan, Psi, dari Lembaga Konsultasi Psikologi Daya Insani menyatakan,” Minimnya pendidikan seks sejak kecil membuat rasa ingin tahu anak lebih besar, misalnya diam-diam nonton film porno. Kalau tidak dikendalikan dan diberi back ground apa yang boleh dilakukan dan tidak, bisa menimbulkan ketagihan dan dampaknya banyak kasus perkosaan oleh remaja.”

Kapan pendidikan seks dimulai, sebaiknya ketika sudah terbangun dialog 2 arah antara orangtua dan anak. Biasanya, sekitar umur 3 tahun.

Pertanyaan yang kerap muncul ialah: dari mana saya berasal, kenapa laki-laki pipisnya berdiri dan berempuan jongkok. Kok dada bunda besar sementara ayah tidak, kenapa ayah punya jenggot, atau pacaran itu apa.

“Sebaiknya, informasi seputar seks didapatkan langsung dari orangtua, agar anak tidak mencari tahu sendiri dan terjebak pada mitos-mitos seks yang tidak benar,” kata Sani.

Orangtua perlu membekali diri dengan pengetahuan, agar bisa memberi jawaban yang logis dan ilmiah. Seks edukasi bisa dimulai dengan mengenalkan organ kelamin anak, menggunakan bahasa yang benar / ilmiah. Banyak sebutan untuk alat kelamin dalam bahasa sehari-hari. Coba kenalkan dengan istilah vagina, misalnya, untuk kelamin wanita.

Setelah anak pre-school, kenalkan fungsi-fungsinya bersamaan dengan mengenalkan fungsi organ tubuh lain, seperti fungsi mata, telinga dan lain-lain. Fungsi vagina ialah alat untuk buang air seni, fungsi lubang dubur untuk buang air besar. “Anak pre-school bisa paham,” ujar Sani.

Yang tak kalah penting, ajarkan cara membersihkan, memelihara alat kelamin dan apa risikonya jika kotor.

Pada usia pre-school, anak mulai mengeksplorasi bagian erotis pada kelaminnya. Melarang dengan cara memarahi tidak menyelesaikan masalah, harus dengan pemahaman yang benar. Ketika anak wanita merasakan sensasi “enak” ketika mengempit guling, ibu bisa mengatakan bahwa bagian itu memang sensitif, kalau dijepit terlalu kencang bisa luka. Pipisnya bisa sakit dan mengeluarkan darah.

“Tentang ukuran penis anak laki-laki, ayah bisa memberi penyadaran bahwa ukuran bukan masalah selama sehat. Anak harus bangga karena itulah dirinya apa adanya,” ujar psikolog yang berpraktek di bilangan Cipete, Jakarta Selatan. (jie)

 

Baca juga: Menjawab Pertanyaan Anak Seputar Seks