Demam Berdarah - 7 Langkah Mengenali Tanda Bahayanya | OTC Digest
anak_tanda_bahaya_demam_berdarah

Demam Berdarah - 7 Langkah Mengenali Tanda Bahayanya

Musim hujan sudah mulai berlalu. Hari-hari mulai cerah dan hangat, diselingi hujan sesekali. ‘Buntut’ musim hujan inilah yang utamanya perlu diwaspadai, terkait demam berdarah dengue (DBD). “Terbukti bahwa kasus DBD sangat berhubungan dengan musim hujan. Apalagi di akhir musim hujan, di mana hujan sudah on-off. Ini membuat air tergenang tidak mengalir, terperangkap, dan jadi sumber sarang nyamuk,” tutur Dr. dr. Leonard Nainggolan Sp.PD-KPTI, Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi dari Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Indonesia (PETRI) dalam sebuah diskusi di Jakarta. Suhu yang hangat saat cuaca cerah, membuat telur nyamuk lebih cepat menetas.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO mencanangkan dunia bebas demam berdarah dengue (DBD) pada 2020. Yakni angka kematian turun 50% dan angka kesakitan turun 25%. Angka kematian akibat DBD di Indonesia memang sudah menurun drastis; 0,73% pada 2013. “Tapi dengan jumlah rakyat yang 300 juta, sebetulnya masih tetap tinggi,” tegas Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Indonesia, dalam kesempatan berbeda.

Kematian akibat DBD utamanya karena syok (shock), di mana cairan dari pembuluh darah merembes keluar sehingga darah menjadi kental. Akibatnya peredaran darah jadi lambat dan tubuh kekurangan oksigen. Bila otak sampai kekurangan oksigen, tentu akibatnya sangat fatal.

Kematian bisa dicegah dengan mengenali warning signs (tanda-tanda bahaya) DBD. Berikut ini langkah-langkahnya:

  1. Hitung hari demam dengan cermat. “Hari ketiga di waktu yang sama sejak anak mulai demam, perlu diwaspadai. Inilah fase kritis,” tegas Prof. Sri. Misalnya anak mulai demam hari Senin pagi, maka perhatikan hari ketiga di waktu yang sama, yakni Rabu pagi. Saat ini demam akan turun. Bila anak tampak segar, mau makan dan bermain, berarti membaik, “Anak itu gampang; kalau sudah sembuh pasti nafsu makannya timbul, minta macam-macam.”
  2. Waspada bila demam turun tapi kondisi anak memburuk. Misalnya anak tampak lemas, tidur terus dan tidak nafsu makan; ini adalah warning sign, bukan tanda-tanda sembuh. “
  3. Raba tangan/kaki dan pergelangan tangan anak. “Kalau tangan dan kakinya dingin, bisa jadi itu gejala syok,” terang Prof. Sri. Raba pergelangan tangannya. Bila terjadi tanda syok, denyut nadi sangat kecil hampir tidak terasa. Anak megap-megap karena berusaha mengambil oksigen lebih banyak, akibat darah yang sudah demikian kental.
  4. Perhatikan pipis anak. Ini salah satu yang paling mudah dikenali, “Tidak ada pipis.” Urin terjadi karena darah ginjal menyaring cairan dalam darah. Bila darah sudah kental, maka tidak ada yang disaring oleh ginjal; kandung kemih kosong sehingga tidak ada urin. Idealnya, volum urin dalam 1 jam harus lebih dari 1 cc/kg berat badan (BB). Maka bila BB anak 10 kg, urin harus >10 cc/jam. Bila anak dirawat sendiri di rumah, maka tamping urin dalam wadah dengan ukuran, agar bisa dimonitor.
  5. Perhatikan lingkar perut anak. Cairan yang bocor dari pembuluh darah akan mengisi rongga perut, sehingga perut membuncit. Bila sudah terjadi perdarahan, lingkar perut akan makin bertambah karena darah ikut bocor.
  6. Pantau tanda perdarahan. Tanda pedarahan bisa berupa mimisan, feses (tinja) berwarna kehitaman. Bila anak sudah haid, darah haid yang keluar bisa sangat banyak.
  7. Pantau hasil pemeriksaan darah. Hasil pemeriksaan darah sebelum hari ketiga demam, masih normal. Di sini orangtua kerap lengah; begitu hasilnya normal lantas merasa tenang dan tidak memikirkan kemungkinan DBD. “Jangan terlalu dini periksa darah. Bila sudah periksa dan hasilnya normal, maka pada hari ketiga harus diulang,” tandas Prof. Sri. Perhatikan kadar leukosit (sel darah putih), trombosit (factor pembekuan darah) dan hematokrit (kekentalan darah). Leukosit biasanya rendah (<4.000/µl), yang menandakan infeksi virus; DBD bisa dicurigai. Kadar trombosit rendah (<100.000/µl), sebaliknya hematokrit meningkat (>20%).

Penanganan penting pada DBD yakni mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran pembuluh darah. Berikan anak minum (cairan apapun sesuai seleranya) hingga fase kritisnya lewat. Untuk mengatasi demam, hanya parasetamol yang boleh diberikan karena aman bagi lambung. Golongan obat penurun panas lain seperti ibuprofen bisa melukai lambung sehingga dapat memperburuk perdarahan yang mungkin terjadi saat DBD. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Pixabay.com