Kabar baik bagi orangtua, menyantap satu butir telur sehari dapat mencegah stunting (anak tumbuh pendek). Baik telur rebus, goreng atau dimasak orak-arik (omelette), penelitian terbaru membuktikan dapat mendorong tumbuh kembang si kecil.
1000 hari (dua tahun) pertama kehidupan adalah periode kritis tumbuh kembang bocah. Sayangnya pada periode ini gizi buruk masih terjadi. Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 mencatat, angka balita yang kekurangan gizi cukup banyak, yakni 19,6%, dan 17,7% di tahun 2018 (Riskesdas 2018).
Gizi buruk selain berkaitan dengan rendahnya daya tahan tubuh, juga menyebabkan anak tumbuh pendek (stunting). Ini tidak sebatas tinggi badan, berhubungan juga dengan intelektualitas anak yang rendah.
Hasil survei status gizi balita Indonesia tahun 2019 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 27,67 %.
Sebuah penelitian menarik dilakukan oleh dr. Lora Iannotti, PhD., Associate Professor dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat. Ia dan timnya memilih responden 160 bayi berusia 6 – 9 bulan yang tinggal di daerah rural pegunungan Ekuador.
Kelompok pertama (50%) diberi makan satu butir telur per hari selama enam bulan. Kelompok kedua adalah pembanding (tidak mendapat telur).
Tim peneliti melakukan kunjungan tiap minggu ke rumah keluarga bayi-bayi tersebut untuk memastikan mereka patuh pada jadwal penelitian. Sekaligus melihat ada tidaknya efek samping seperti reaksi alergi pada bayi yang mengonsumsi telur.
Hasil survei mendapati bahwa stunting lebih sedikit pada kelompok bayi yang mendapat telur. Yakni 47% lebih rendah dibanding kelompok non telur. Sebagian bayi di kelompok non telur memang kadang mengonsumsi telur namun tidak sebanyak kelompok yang diobservasi.
“Kami sangat terkejut dengan hasilnya. Intervensi ini terbukti sangat efektif mencegah stunting. Dan yang lebih penting, cara ini sangat terjangkau bahkan untuk populasi yang rentan pada defisiensi nutrisi,” papar Iannotti, sebagaimana dilansir dari BBC.
Ia menambahkan, telur cocok dijadikan makanan pendamping ASI bayi yang kapasitas lambungnya masih kecil. Telur juga adalah sumber nutrisi yang baik. Riset ini dimuat dalam jurnal kesehatan Pediatrics.
Diet seimbang
Prof. Mary Fewtrell, ahli nutrisi dari the Royal College of Paediatrics and Child Health mengatakan, telur dapat dikenalkan sebagai makanan pendamping ASI namun tetap sebagai bagian dari pola diet seimbang.
“Jangan diberikan pada anak di bawah 6 bulan. Telur harus dimasak matang untuk menghindarkan bayi dari potensi aneka infeksi,” tegasnya.
The British Nutrition Foundation menyarankan walau telur adalah makanan yang kaya nutrisi, penting bagi bayi/anak untuk mengonsumsi beragam makanan. Tak hanya untuk mendapatkan semua vitamin dan mineralnya, namun juga membuat anak tidak asing dengan rasa dan tekstur makanan-makanan tersebut. (jie)