Usus halus ibarat “pabrik” pengolahan makanan. Vili usus (mukosa seperti benang di dalam usus) berperan menghancurkan partikel makanan, diolah, dan menyerap nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Selain itu, di permukaan usus halus terdapat bagian yang tidak bervili disebut Payer’s Patches - berisi 20-30 kelenjar getah bening, dan di bawahnya berjaga-jaga sejumlah besar limfosit (sel darah putih). Itu sebabnya usus halus disebut organ kekebalan tubuh terbesar.
Setiap sel epitel usus direkatkan oleh tight junction. Kondisi tertentu, seperti diare berkepanjangan, dapat menyebabkan kerusakan pada tight junction. “Jika tight junction rusak, mukosa usus jadi atropi (menyusut). Akibatnya, kuman patogen di usus masuk pembuluh darah, beredar ke seluruh tubuh,” ujar Prof. Dr. Agus Firmansyah, SpA(K), Guru Besar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Mukosa usus yang menyusut juga menyebabkan penurunan produksi enzim laktase (yang mencerna laktosa /gula dalam susu), sehingga bayi/anak tidak bisa mencerna susu biasa. Protein yang masuk ke usus bocor, tidak tercerna, dan penyerapan nutrisi menurun.
Usus halus juga mengeluarkan hormon sekretin yang dibutuhkan pankreas untuk memroduksi hormon seperti, insulin (bertugas mengolah gula menjadi energi). Pankreas juga menghasilkan enzim pencernaan seperti lipase, protease dan amilase. Jika usus menyusut/rusak, maka produksi hormon dan enzim pankreas juga berkurang. Semua saling berhubungan.
Baca : Kenapa Penting Menjaga Kesehatan Usus Untuk Mencegah Anak Diare
“Probiotik (bakteri baik) menguatkan tight junction, meningkatkan respon imun pada mukosa usus dengan memroduksi lebih banyak lendir, peptida antimikrobial (komponen yang membunuh bakteri gram positif /negatif dan virus),” ujar Prof. Agus.
Pemberian probiotik dapat menormalkan keseimbangan mikroflora usus, yang berubah setelah si kecil diare dan mencegah masalah kesehatan lain di kemudian hari.
Penelitian Arrieta et al 2014 memaparkan, keseimbangan mikroflora usus pada anak berhubungan erat dengan risiko penyakit saat dewasa, seperti obesitas, DM, penyakit alergi, sindroma iritasi perut, juga kanker usus besar.
Peran prebiotik
Probiotik tidak dapat hidup dan berkembang biak tanpa prebiotik atau makanannya. Probiotik bisa didapat dari jamur tempe, bawang, pisang, asparagus, atau yogurt. Sementara sayur dan buah dikenal sebagai sumber prebiotik.
Perlu serat dari sayur dan buah serta glutamin – nutrisi untuk usus halus dari protein hewani dan nabati. Penelitian membuktikan, pengenalan buah dan sayur sejak dini, utamanya sejak MPASI (makanan pendamping ASI), berkorelasi positif pada komsumsi buah dan sayur pada usia dewasa.
Studi J.A. Harrold, et al dari Departemen Experimental Psychology Universitas Liverpool, Inggris, memperlihatkan hubungan pemberian makanan membangun kesukaan anak-anak terhadap makanan tertentu.
Studi terhadap 90 anak usia 6 bulan ini mengungkapkan cara serta waktu mengenalkan makanan pada usia penyapihan, penting dalam membangun preferensi (kesukaan) terhadap makanan selanjutnya. (jie)