Bagaimana Agar Anak Doyan Makan Buah Dan Sayur | OTC Digest

Bagaimana Agar Anak Doyan Makan Buah Dan Sayur

Pembentukan pola makan sejak dini akan membangun pola makan yang sehat di masa datang. Mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI) berupa sayur dan buah sejak usia 6 bulan, berpengaruh pada perilaku konsumsi sayur dan buah hingga dewasa.

Studi tahun 2013 oleh D. Gajewska, et al dari Departemen Dietetics Warsaw University of Life Sciences, Polandia, terhadap 366 anak dan remaja usia 9-14 tahun mendapati, sayuran merupakan jenis makanan yang paling tidak populer. Sedangkan buah merupakan jenis makanan ringan yang disukai.

Sayangnya di Indonesia, Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 mencatat 95,5% masyarakat Indonesia kurang makan sayur dan buah.  Dan menurut penelitian Lock K, et al (2004), 2,7 juta kematian di  dunia diperkirakan akibat asupan buah dan sayur yang tidak memadai.

Penelitian lain oleh Dovey TM, et al dalam Food Neophobia and Picky / Fussy Eating in Chidren pada 2008 menjelaskan, neofobia atau ketakutan mencoba makanan baru dapat terjadi sejak usia 18 bulan. Ini bisa menyebabkan anak menjadi pemilih makanan (picky eater).

“Maka, penting mengenalkan makanan yang benar sejak masa penyapihan,” papar Prof. Dr. Agus Firmansyah, SpA(K).

Usia 7-11 bulan, anak perlu asupan 10 gram serat /hari. Di usia remaja tubuh membutuhkan asupan 30 gram serat (wanita) dan 37 gram (pria) sehari. "Kecukupan serat yang makin meningkat, bisa dipenuhi jika anak dan remaja terbiasa mengonsumsi buah dan sayur sejak usia dini," ujarnya.

Pengenalan bertahap

Pengenalan buah dan sayur perlu dilakukan bertahap. Untuk bayi, bisa dimulai dari pisang, alpukat atau pepaya. Jangan berikan buah yang rasanya terlalu “nendang”, seperti durian atau jeruk yang asam.

Setelah itu, buah dapat dikombinasi dengan sayuran. Biasanya bayi lebih suka makanan manis, maka berikan buah pada ujung lidah dan sayuran pada bagian tengah. Utamakan pemberian sayuran dibanding buah. Jika bayi terus menerus dikenalkan pada rasa manis, ia bisa tidak suka sayuran.

“Tidak masalah jika BAB anak masih berbentuk sayuran yang ia makan. Serat memang susah dicerna usus bayi,” kata Prof. Agus.

Masa transisi, yakni selepas ASI eksklusif dan mulai mengenal makanan semi padat, adalah masa yang penting. Pada usia 6-9 bulan, berikan makanan cair dan makanan bertekstur lembut seperti bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran yang dihaluskan.

Kebutuhan gizi bayi usia 9-12 bulan, selain ASI bayi bisa mengonsumsi makanan setengah padat dan diberikan sesuai kebutuhan. Berikan makanan utama 3 kali sehari.

Dalam semingu, berikan 5 kali menu  tempe/ tahu. Dan minimal 3 kali seminggu, berikan protein hewani, termasuk menu hati ayam 2 kali/ minggu. Selanjutnya, dianjurkan untuk memberikan menu sayuran minimal sekali /hari.

Jangan lupa snack 2 kali sehari, berupa buah atau biskuit yang sudah difortifikasi. Berikan snack dalam potongan kecil agar si kecil bisa memegang. Ini penting untuk melatih motorik halus dan merangsang pertumbuhan gigi bayi.

Menginjak usia 10-12 bulan, kepada bayi bisa diberikan makanan kental dan padat, namun tetap harus bertekstur lunak, misalnya nasi tim. Usia 12-24 bulan, bayi sudah bisa  dikenalkan pada makanan keluarga atau makanan padat, dengan tetap mempertahankan rasa.

“Targetnya, ketika disapih di usia sekitar satu tahun, anak sudah bisa makan makanan keluarga,” ujar Prof. Agus. (jie)