Awas, Hipotirod Menurun dari Ibu ke Anak | OTC Digest

Awas, Hipotirod Menurun dari Ibu ke Anak

Hormon tiroid dikenal sebagai hormon yang membantu pertumbuhan dan metabolisme tubuh. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar tiroid (terletak di bawah jakun). Bayangkan jika anak yang dalam masa pertumbuhan, kurang hormon tiroid. Proses tumbuh kembang fisik mau pun emosionalnya tentu terganggu. 

Dr. dr. Pradana Soewondo, SpPD-KEMD, staf pengajar dari Divisi Endokrinologi FKUI mengatakan, hipotiroid kongenital (dari lahir) dapat disebabkan sejak dari kandungan. “Ibu hamil yang mengalami hipotiroid, jika tidak dikontrol akan menurun pada bayinya. Dengan perawatan yang benar, bayi bisa normal kembali,” terangnya.

Hipotiroid pada ibu hamil, umumnya karena kekurangan iodium. WHO tahun 2002 mencatat, tiap tahun diperkirakan100 ribu anak lahir dengan kerusakan otak yang tidak bisa pulih, akibat ibu kekurangan iodium selama hamil.

Pada bayi, kelainan fungsi tiroid bisa juga terjadi karena faktor genetik. Seperti, kelenjar tiroid tidak terbentuk sempurna, kelenjar pituitari tidak bisa merangsang keluarnya hormon tiroid, sehingga hormon tiroid hanya diproduksi sedikit atau tidak terproduksi.

Dr. Pradana menambahkan, gejala khas hipotiroid sering tidak nampak pada beberapa minggu pertama kehidupan. “Hanya 10-15% bayi baru lahir menunjukkan gejala yang membuat dokter curiga. Itu pentingnya sejak hamil dicek fungsi tiroid, terutama dari awal kehamilan,” ujarnya.

Gejala bayi mengalami hipotiroid antara lain jarang menangis, jarang buang air besar, kesulitan minum ASI dan gemetar. Pada kasus yang berat gejalanya jelas, seperti kulit kusam, lidah tebal yang menempel, konstipasi, rambut kering dan rapuh, wajah bengkak dan kulit kuning (jaudince).

Penanganan dini pada bulan-bulan pertama kelahiran, penting agar kondisi anak dapat dipulihkan, anak tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan kecerdasannya normal. Makin lama terdiagnosis akan semakin tinggi risiko bayi mengalami kemunduran mental.

“Juga menyebabkan misalnya koordinasi motorik yang buruk, ketidakmampuan belajar dan kurang mampu memusatkan perhatian,” kata dr. Pradana. Pengobatannya dengan pemberian tiroksin secara oral (diminum).

Cegah dengan iodium

Menurut dr. Imam Subekti, SpPD-KEMD, dari Devisi Penyakit Dalam FKUI/RSCM, perlu pencegahan dini bagi ibu hamil dan anak.Yakni dengan mengonsumsi makanan tinggi iodium, seperti ganggang dan ikan laut, kerang dan cumi. Plus garam beriodium.

Iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, agar kelenjar tiroid berfungsi baik. Iodium juga berkaitan dengan proses pertumbuhan neuron pada sel otak. Itu sebabnya, kurangnya iodium saat hamil dan awal masa kehidupan anak, akan menurunkan jumlah sel neuron.

Penelitian di Subang, Jawa Barat, menunjukkan bayi yang diberi suplemen minyak beriodium (100 mg) pada usia 6 minggu dan terus diikuti hingga 6 bulan, kelangsungan hidupnya membaik. Pada 72% terjadi pengurangan risiko kematian selama 2 bulan pertama. (jie)