Anak punya batu ginjal? Kasus ini sedang menjadi perhatian kalangan dokter anak di Amerika Serikat. Pada tahun 2009, di Michigan, Lisa Garnes menerima telepon dari tempat penitipan anak yang mengabarkan bahwa Emma (3 tahun), anaknya, kerap mengeluh sakit pinggang. Setelah dibawa ke dokter anak dan melewati serangkaian tes, diketahui ada batu di ginjal Emma.
Kasus batu ginjal pada anak beberapa tahun belakangan ini banyak terjadi. Di rumah sakit anak di Philadelphia, AS, pada tahun 2005 hanya ada 10 pasien /tahun. Kini meningkat menjadi 5 anak / minggu. Penelitian di North Shore-Long Island Jewish Medical Center (2007) melihat, ada peningkatan 5x lipat kasus batu ginjal anak selama 1994-2005.
Gary Faerber, MD, urolog dari University of Michigan Health System menyebutkan, peningkatan kejadian batu ginjal pada anak berhubungan dengan pola makan dan gaya hidup. Faktor keturunan memperbesar kemungkinan terkena batu ginjal. Anak kini cenderung mengonsumsi makanan cepat saji, mie instan, makanan kalengan, makanan tinggi sodium (garam) dan kurang minum air putih.
Bagaimana dengan Indonesia? Sebagai informasi, Indonesia termasuk dalam lingkar stone belt (sabuk batu). Yakni negara yang berisiko tinggi terkena batu ginjal. Karena suhu panas, penguapan menjadi tinggi dan kalau kurang minum, urin menjadi pekat dan terbentuklah batu ginjal.
Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U(K), dari Departemen Urologi RSCM mengatakan, ”Masyarakat senang mengonsumsi daging dan kacang-kacangan. Itu tinggi zat purin, yang setelah dimetabolisme menghasilkan asam urik, salah satu pembentuk batu ginjal. Ditambah lagi kurang gerak.“ Penelitian juga menyebutkan, peningkatan kasus batu ginjal pada anak berbanding lurus dengan angka obesitas anak.
Baca juga : Pemeriksaan Laboratorium Pada Gangguan Ginjal
Batu ginjal terbentuk dari timbunan kristal pada air seni, sering juga oleh endapan kalsium oksalat atau asam urik. Secara perlahan, batu terbentuk dan bertambah besar. Batu berukuran <5 mm dapat keluar melalui urin, selama penderita cukup minum.
Jika >5 mm, batu bisa bergerak ke saluran kemih, tapi justru berisiko menyumbat saluran kemih. Penderita biasanya mengeluh sakit saat berkemih atau urin keluar disertai darah. Sebelumnya, pinggang terasa pegal.
Batu ginjal mudah terbentuk dalam kondisi urin yang sangat jenuh; ditandai dengan warna keruh. Penting untuk menjernihkan urin dengan memperbanyak minum air putih. Kata Dr. Feaber, “Anak usia 5-10 tahun yang memiliki batu ginjal, perlu minum 6 gelas / hari, dan usia 10 tahun ke atas perlu minum 10 gelas.”
Penanganan batu ginjal untuk anak, relatif sama dengan dewasa. Hanya, diusahakan tanpa operasi. “Bisa dengan terapi gelombang kejut. Jika batu cukup besar, kalau kondisi ginjal bagus, bisa dipecah dengan alat khusus lewat pinggang atau saluran kemih,” ujar dr. Rasyid.
Batu ginjal berpotensi kambuh. Bagi anak yang pernah menderita batu ginjal, disarankan minum air perasan jeruk lemon atau jeruk segar, untuk mencegah pembentukan batu kembali. (jie)