Pneumonia atau infeksi paru-paru akut bisa disebabkan banyak hal; bakteri, jamur, virus dan berbagai senyawa kimia. Kantong-kantong udara di paru yang disebut alveoli penuh nanah dan cairan, sehingga penyerapan oksigen berkurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh terganggu.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyebutkan, ISPA (infeksi saluran pernapasan bagian atas) dialami 25,5% balita. Angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2,2% dan balita 3%. Adapun angka kematian (mortalitas) pneumonia pada bayi 23,8% dan balita 15,5%.

Menurut dr. Herbowo Soetomenggolo, Sp.A(K), dari RS. Hermina Jatinegara, Jakarta, orangtua perlu berhenti  merokoknya sejak punya anak. Partikel-partikel kimia dalam asap rokok dapat menyebabkan pneumonia pada si kecil. “Kuman dan partikel kimia di asapnya, menempel di tenggorokan perokok. Otomatis akan menular ke anak saat ayah/ibu perokok berbicara atau mencium si kecil.

Masker  bisa mencegah penularan kuman. Tapi, sulit kalau setiap berdekatan dengan anak harus memakai masker. Bila merokok, disarankan dilakukan saat jauh dari anak. Asap rokok dapat menyebar sampai radius 10 meter. Jangan merokok di tempat tertutup, seperti kamar mandi atau di mobil. Studi membuktikan, partikel-partikel  kimia dalam asap rokok tetap menempel dalam ruangan, termasuk di pakaian perokok. Mereka yang terpapar pada residu rokok seperti ini (third hand smoker) bahayanya sama dengan second hand smoker atau perokok pasif.

“Kalau ingin dekat anak setelah merokok, sebaiknya cuci muka, kumur dan ganti baju. Cara paling aman ya stop merokok,” tegasnya. Balita yang sering terkena asap rokok, kemungkinannya 2-3x lebih besar organ parunya rusak, karena sistem pertahanan alami saluran pernapasan rusak.

Paru-paru anak-anak yang masih kecil dan bernapas lebih cepat daripada orang dewasa, membuat mereka lebih banyak menghirup zat-zat kimia berbahaya. Sistem kekebalan tubuh anak juga belum terbentuk sempurna, sehingga mudah terkena radang pernapasan. (jie)