Anak Indonesia Kurang Vitamin D | OTC Digest
anak_kurang_vitamin_D

Anak Indonesia Kurang Vitamin D

Tiap hari, kita berlimpah sinar matahari. Mengejutkan, 45% anak Indonesia tidak memiliki kadar vitamin D yang cukup (insufficient) dalam darah, bahkan 49,3% termasuk defisiensi. Ini hasil temuan SEANUTS (South East Asia Nutrition Surveys), yang dilakukan di empat negara (Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam).

“Kondisi defisiensi bisa menimbulkan gangguan pada tulang,” ucap Dr. Fitrah Ernawati, MSc, peneliti dari PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia). Hanya 5,6% anak yang memiliki vitamin D cukup. Masuk kategori defisien bila kadar vitamin D dalam darah <25 nmol/l; insufficient bila 25-50 nmol/l, tidak memadai bila 50-75 nmol/l, dan cukup bila >75 nmol/l. Dibanding tiga negara lainnya, Indonesia menduduki peringkat terakhir.

Berdasar penelitian, kadar vitamin D pada anak di bawah usia 3 tahun masih cukup. “Memasuki usia sekolah (6 tahun), kadarnya menurun; dan makin turun di usia SMP,” ungkap Dr. Fitrah. Diduga, karena anak-anak makin sering menghabiskan waktu di dalam ruangan dan jarang bermain di luar.

Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium, yang dibutuhkan dalam proses pembentukan sel-sel tulang. Penelitian yang dipublikasi di Journal of Clinical Endrocrinology & Metabolism tahun 2008 menyebutkan, kekurangan vitamin D dapat menyebabkan stunting.

Sumber vitamin D yang paling murah (gratis!) dan melimpah di Indonesia yakni sinar matahari. Jadi, ironis bila anak Indonesia mengalami defisiensi vitamin D. “Kulit orang Indonesia membutuhkan banyak paparan sinar matahari lima kali lebih banyak ketimbang ras Kaukasian, yakni +450 menit/minggu,” papar Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), ahli endokrin anak dari FKUI/RSCM, Jakarta.

Adapun sumber vitamin D bisa didapat dari makanan seperti minyak hati ikan kod, jamur, kedelai, sereal dan kuning telur. Terkait stunting, asupan protein, kalsium dan vitamin D perlu diperbaiki. Asupan sumber nabati dan hewani seperti susu, bisa saling melengkapi.

Stunting sering disamakan dengan tubuh pendek. Padahal menurut Dr. dr. Aman, tidak semua pendek itu stunting. Stunting terkait erat dengan kecerdasan, dan asupan nutrisi yang kurang. Sementara, banyak faktor lain yang bisa membuat seseorang bertubuh pendek. Antara lain genetik, kurang hormon tiroid, penyakit tertentu, dan lain-lain.

Asupan nutrisi yang baik harus ditunjang dengan aktivitas fisik yang cukup. Baiknya dilakukan di bawah sinar matahari pagi. (nid)