memilih obat pereda nyeri
memilih obat nyeri

Obat Nyeri: How High Can You Go..

Siapa sih di dunia ini yang belum pernah merasa nyeri? Tahukah Anda, nyeri merupakan alasan yang paling umum bagi masyarakat mendatangi tempat pelayanan kesehatan. Sekaligus alasan tersering untuk pengobatan terhadap diri sendiri. Penanganan nyeri yang tidak adekuat dapat meningkatkan morbiditas dan menurunkan kualitas hidup dan berdampak pada emotional distress. Namun ternyata memilih obat penghilang nyeri tidak semudah itu, Fergusso...

 

Gambar 1. Klasifikasi Nyeri

 

Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang bersifat personal dan dapat dipengaruhi faktor psikologis dan sosial. Untuk itu maka prinsip tatalaksana nyeri adalah menangani sedini mungkin, dengan segera mencari penyebab nyeri, kemudian barulah melakukan pengobatan. 

Pemberian obat pada pasien yang mengalami neuropati perifer (randang/kerusakan saraf tepi) harus berdasarkan WHO step ladder pain, tipe nyeri , dan memperhatikan efek samping obat yang diberikan.

Terapi Nyeri Secara Umum

Tipe, lokasi dan derajat nyeri akan sangat mempengaruhi pemilihan obat nyeri. Pasien dengan nyeri nosiseptik (terjadi bila ada kerusakan atau cedera pada jaringan tubuh) dengan inflamasi, dapat diberikan golongan NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drugs) sebagai pilihan terapi. 

Namun untuk pasien dengan nyeri neuropatik (karena kerusakan saraf) pemberian terapi adalah analgetik adjuvan dan vitamin neurotropik atau golongan vitamin B (Suwondo, 2017).

Gambar 2. Pilihan Terapi Berdasarkan Tipe Nyeri

 

Pemilihan obat pereda nyeri, tergantung dari jenis nyerinya dan penyebab serta tingkat keparahan.  Obat analgesik di apotek umumnya dapat mengatasi berbagai jenis nyeri, terutama yang ringan hingga sedang. 

Namun, jika obat tersebut tak cukup menghilangkan rasa nyeri atau nyeri yang ada hilang timbul dalam jangka waktu lama, maka penggunaan obat nyeri secara terus menerus akan menyebabkan tubuh menjadi resisten, kok bisa?

Saat nyeri, maka otak akan memproduksi zat kimiawi yang menyebabkan kita merasakan rasa sakit tersebut. Obat analgesik bekerja dengan cara menghentikan otak memproduksi zat tersebut.

Namun jika sering mengonsumsi obat analgesik, maka tubuh akan beradaptasi dan tidak mampu menghentikan zat kimiawi yang dihasilkan otak tersebut, sehingga kecenderungannya, jumlah maupun dosis obat nyeri akan dikonsumsi lebih tinggi. 

Hal tersebut menyebabkan munculnya keluhan lain seperti mual, diare, kembung, dll. Ibarat dua sisi mata uang, obat nyeri memiliki efek baik dan buruk, gunakan dengan bijak!

 

Ditulis oleh: Dr. apt. Lusy Noviani, MM (Praktisi, Trainer Farmasi Klinis dan Dosen FKIK Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya)