Mereka Yang Secara Genetik Cenderung Insomnia Lebih Berisiko Menderita Penyakit Kardiovaskular | OTC Digest

Mereka Yang Secara Genetik Cenderung Insomnia Lebih Berisiko Menderita Penyakit Kardiovaskular

Mereka yang mengalami kesulitan tidur berisiko tinggi menderita masalah kardiovaskular. Peneliti menemukan bahwa mereka yang secara genetik cenderung mengalami insomnia berisiko lebih besar mengalami gagal jantung, stroke dan penyakit arteri koroner.

Dilansir dari theguardian.com, peneliti mengatakan riset tersebut didasarkan pada studi sebelumnya yang menemukan hubungan antara buruknya kualitas tidur dan masalah kardiovaskular.

“Jika itu masalahnya, bila kita bisa memperbaiki atau mengurangi gangguan tidur, maka akan menurunkan risiko menderita stroke,” terang Prof. Hugh Markus, salah satu peneliti dari University of Cambridge, Inggris.

Riset terbaru tersebut didasarkan pada temuan sebelumnya bahwa ada sekitar 250 varian genetik, yang masing-masing sedikit meningkatkan risiko sesorang mengalami insomnia.

“Sebagian besar orang tidak memiliki semua varian, biasanya hanya satu jenis varian. Tetapi pada sedikit orang bisa mempunyai beberapa varian genetik tersebut sekaligus,” kata Prof. Markus.

Yang perlu dicermati adalah cara varian genetik itu diturunkan. Apakah seseorang membawanya secara acak, di mana keberadaannya tidak tergantung pada sisa genetik orang tersebut, atau karena faktor lingkungan, seperti tempat tinggal, status ekonomi atau rutinitas mereka berolahraga.

Ini berarti secara teoritis memungkinkan untuk melihat walau ada risiko insomnia yang selanjutnya meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, tetap bisa dilakukan upaya mengurangi dampak dari faktor-faktor lain yang bisa memperburuk keadaan.

Riset tersebut melakukan pendekatan yang berbeda dengan studi sebelumnya yang hanya bisa menunjukkan adanya hubungan, tetapi tidak sebab-akibat.

Dipublikasikan dalam jurnal Circulation, para peneliti dari Inggris dan Swedia tersebut  menggunakan informasi genetik dan kesehatan berbasis data skala yang besar.

Data dari ratusan ribu orang dipakai untuk meneliti setiap kondisi kardiovaskular. Untuk menyelidiki kemungkinan gagal jantung, peneliti menggunakan data hampir 400.000 responden dalam studi Biobank di Inggris saja.

Walau Prof. Markus mencatat masih belum jelas apakan perbaikan kondisi insomnia akan meningkatkan kesehatan jantung, dia mengatakan ada cara yang bisa membantu penderita insomnia, salah satunya terapi perilaku kognitif.

Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT) telah disetujui sebagai metode untuk merawat penderita insomnia tanpa pemakaian obat tidur.  

CBT bertujuan untuk merubah kebiasaan tidur, serta kesalahpahaman tentang tidur dan insomnia, yang melanggengkan kesulitan tidur.

Mengutip laman sleepfoundation.org, terapi perilaku kognitif untuk insomnia termasuk melakukan kunjungan rutin (mingguan) ke dokter untuk mendapatkan serangkaian penilaian tidur, meminta si penderita mengisi buku harian tidur dan melakukan beberapa sesi untuk merubah cara si penderita tidur. (jie)