Gula, Kecap dan Diabetes | OTC Digest
kecap untuk penderita diabetes

Gula, Kecap dan Diabetes

Kecap manis. Jenis bumbu atau saus ini dipakai dalam beragam makanan nusantara, seperti ikan bakar, sate, mie goreng, tumis buncis atau oseng tempe. Tapi amankan kecap dikonsumsi oleh penderita diabetes?

Kecap manis boleh jadi adalah bumbu khas orang Indonesia; negara hanya mengenal kecap asin. Dengan rasa manisnya ini penderita diabetes atau mereka yang memiliki riwayat keluarga menderita diabetes patut berhati-hati.

Penyakit degeneratif, seperti diabetes dan hipertensi, saat ini sudah banyak diderita oleh mereka yang berusia >30 tahun. “Dulu penyakit-penyakit ini identik sebagai penyakit orang tua. Dalam beberapa tahun belakangan ini, banyak pasien berusia sekitar 35 tahunan datang ke poli gizi untuk mengatur diet mereka berhubungan dengan dua penyakit tersebut,” papar dr. Diana F. Suganda M.Kes, SpGK, dari RS Pondok Indah-Bintaro Jaya.

Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan rekomendasi maksimal asupan gula, garam, lemak harian yakni sebanyak 50 gram (4 sendok makan) gula, 5 gram (1 sendok teh) garam dan 67 gram (5 sendok makan) minyak.

Jumlah tersebut termasuk yang ditambahkan ke dalam manakan/minuman atau yang sudah ada dalam bahan makanan. Misalnya, dalam satu gelas minuman bersoda sudah mengandung 2,5 sendok makan gula, atau satu potong donat cokelat mengandung sekitar 1,5 sendok makan gula.

Khusus tentang pemakaian kecap manis, bumbu ini dikenal sebagai penambah gula dan garam tersembunyi ke dalam makanan ; selain gula / garam yang ditaburkan. Sehingga tak heran menyantap makanan berbumbu kecap, tetap berisiko menaikkan glukosa darah.

Lantas bagi penderita diabetes atau hipertensi, “Jumlah yang disarankan sekitar 1-2 sendok makan kecap untuk satu kali makan. Misalnya membuat orek (oseng) tempe, sebenarnya kecap yang dipakai tidak sampai dua sendok makan, dan biasanya juga untuk dimakan bersama,” jelas dr. Diana dalam acara Inovasi Kecap Bangau Light: Alternatif Baru Untuk Menikmati Kelezatan Kuliner Nusantara, di Jakarta (8/3/2018).

Kecap dengan pemanis stevia

Sebuah survei yang dirilis akhir 2016 lalu (Nielsen’s New Global Health and Ingredient-Sentiment) menyatakan bahwa 70% responden di Indonesia menjalani diet tertentu untuk menghindari berbagai penyakit degeneratif.

Survei tersebut juga mengungkap bahwa 68% responden tergerak untuk berinvestasi lebih pada makanan dengan kandungan yang sesuai diet mereka. Artinya, partisipan menganggap tidak masalah membeli produk yang sedikit lebih mahal demi memenuhi standar kesehatan mereka.

Salah satu yang baru berdedar di pasaran adalah kecap dengan pemanis dari ekstrak daun stevia. Tanaman yang termasuk family Ateraceae ini telah lama digunakan sebagai pemanis alami oleh masyarakan Paraguay dan Brasil.

Pemanis dari ekstrak stevia dikenal tidak memiliki kalori (0 kalori), namun 200 kali lebih manis dibanding gula tebu. “Penambahan ekstrak stevia, membuat kecap tetap memiliki rasa manis gurih yang sama, namun mengurangi kadar gula sampai dengan 25%,” papar Hernie Raharja, Food Director PT Unilever Indonesia Tbk., selaku produsen Kecap Bango Light. (jie)