Deteksi Alergi Spesifik dengan Bioresonansi | OTC Digest

Deteksi Alergi Spesifik dengan Bioresonansi

Alergi, gangguan kesehatan ini tak bisa dianggap remeh. Tak cukup membuat kita tidak bisa menyantap makanan tertentu, tapi serangan alergi bahkan dapat membuat seseorang dilarikan ke UGD. Dengan tes bioresonansi, secara spesifik alergi dapat terdeteksi.

Penyebab munculnya alergi spesifik, ternyata tidak bisa digeneralisasi. Misalnya untuk bulu kucing dan anjing; orang bisa alergi terhadap spesies yang berbeda. Demikian pula dengan penyedap rasa atau deterjen. “Seseorang bisa alergi terhadap satu merk, tapi tidak terhadap merk yang lain,” ujar dr. Irwandi Rudiwan, Sp.P dari RS Gading Pluit, Jakarta.

Tes alergi yang spesifik bisa dilakukan dengan pemeriksaan bioresonansi. Yakni pemeriksaan dengan prinsip gelombang elektromagnetik. “Manusia dan substan (bahan tes alergi) memiliki tenaga listrik, meski kecil. Dilakukan tes gelombang fisika antara tubuh dengan substan,” tutur dr. Irwandi. Ini untuk mengetahui, apakah gelombang fisika substan sama dengan alergi yang diderita pasien.

Pemeriksaan ini belum banyak dikenal di Indonesia, tapi sudah umum digunakan di 35 negara maju. Keunggulan tes ini dibandingkan tes alergi konvensional dengan skin prick test (uji tusuk kulit) yakni pemeriksaannya mudah, sederhana, cepat, tidak menyakitkan, dan bisa dilakukan kapan saja.

Alergen (zat pemicu alergi) yang dites pun jauh lebih banyak — sampai ratusan, dan spesifik. Bahkan, bisa memeriksa kemungkinan alergi terhadap logam berat, karena sama sekali tidak ada kontak fisik.

“Jika merasa alergi terhadap kosmetik, bisa membawa contoh semua kosmetik yang digunakan, untuk diperiksa,” imbuhnya. Berbagai bumbu dapur yang dicurigai memicu alergi, juga bisa diperiksa. Contoh alergen yang dibawa pasien akan dimasukkan ke botol kaca kecil dan digunakan sebagai substan. Ini sama efektifnya dengan substan ‘asli’ yang diproduksi dalam bentuk cairan bening.

Prosedur pemeriksaan sederhana. Alat yang digunakan yakni tensor yang dihubungkan dengan kabel (tidak ada aliran listrik) ke silinder. Pasien cukup duduk; peralatan yang memunculkan gelombang elektromagnetik seperti handphone, harus dijauhkan.

Dokter akan menempelkan silinder ke substan, lalu mendekatkan tensor ke kulit pasien. Jika pasien tidak alergi terhadap substan tersebut, tangkai tensor akan bergerak ke kanan-kiri. “Kalau alergi, akan bergerak naik-turun,” kata dr. Irwandi. Untuk memeriksa semua substan, hanya 20-30 menit.

Pemeriksaan ini bisa dilakukan untuk bayi sampai manula; aman dan tanpa efek samping. Tidak ada persiapan khusus sebelum pemeriksaan. Hanya, empat jam sebelumnya, sebaiknya tidak mengonsumsi makanan / minuman yang bersifat stimultan seperti kopi, teh dan coklat, untuk mencegah gelombang listrik tubuh tidak terganggu sehingga pemeriksaan bisa maksimal.

Hasil pemeriksaan bisa didapatkan saat itu juga. Pemeriksaan bisa kembali dilakukan, setelah pasien selesai menjalani program terapi, untuk menilai keberhasilan terapi. Jika terapi baru 50% berhasil tensor akan diam; jika terapi berhasil 100% tensor akan bergerak kanan-kiri. (nid)

 

Baca juga: Probiotik Tahan Munculnya Alergi