Bawang bombai, baik yang putih, kuning atau merah, memiliki mengandung antioksidan. Namun jika dibandingkan dengan yang putih dan yang kuning, bawang bombai dengan pigmen warna merah memiliki kelebihan, karena juga mengandung zat lain yang disebut quercetin.
“Bawang bombai merah sangat tinggi kandungan quercetin-nya, yang berkaitan dengan kandunghan zat antosianin,” papar Irwin Goldman, dosen hortikultura di University of Wisconsin, Amerika Serikat.
Quercetin diketahui bisa membantu mencegah penyakit jantung, bahkan kanker. Ditengarai bawang bombai merah lebih baik dalam mencegah penyakit jantung dibanding apel, walau sama-sama berwarna merah.
Quercetin ini berfungsi sebagai antioksidan, membantu melawan oksidasi kolesterol “buruk” atau LDL (low density lipoprotein), juga bekerja sebagai antiperadangan.
Irwin Goldman berkeyakinan, organosulfur dalam bawang bombai sangat mungkin dikembangkan menjadi obat penyakit jantung, karena bahan ini bisa membantu mengencerkan darah dan mencegah penyumbatan yang tidak diinginkan.
Zat organosulfur sebenarnya berperan untuk mengusir serangga yang berusaha menggigit. Organosulfur ini lahyang memberi efek pedas di mata dan merangsang keluarnya air mata.
“Dalam penelitian, saat kami mencampuri makanan dengan bawang bombai mentah, darah menjadi lebih encer,” kata Goldman. “Di tabung uji, bahan organosulfur ini lebih kuat dibanding aspirin.”
Melawan kanker
Manfaat lain yang tak kalah hebat dari umbi ini adalah khasiatnya melawan tumor kanker. Sebuah penelitian di University of Hawaii, AS, mengamati 582 penderita kanker paru-paru dan sebagai kelompok kontrol adalah mereka yang bebas kanker. Mereka yang paling banyak mengonsumsi bawang bombai merah, diketahui mengalami penurunan risiko kanker paru hingga 50%.
Journal of the National Cancer Institute tahun 2002 menulis bahwa keluarga bawang, baik bawang bombai, bawang putih atau bawang merah, juga dapat menurunkan risiko kanker prostat. Hal ini berdasar penelitan yang dilakukan oleh Ann W. Hsing, Anand P. Chokkalingam dan Yu-Tang Gao, dkk., di Shanghai, China.
Kaum pria yang konsumsi bawangnya tinggi (>10 gram/hari), secara statistik menunjukkan penurunan risiko kanker prostat yang signifikan, dibandingkan yang hanya mengonsumsi <2,2 gram/hari. Para peneliti melihat, dalam bawang selain organosulfur, terdapat komponen kimia tanaman lain yang memiliki sifat penghambat tumor (tumor-inhibitory properties).
Di Indonesia, bawang bombai cukup dikenal seperti halnya bawang merah dan bawang putih. Bawang bombai merah sendiri dapat dijumpai di pasar swalayan. (jie)
Baca juga : Bawang Bombai Merah Cegah Osteoporosis dan Menguatkan Tulang