Karbohidrat dan lemak acap dimusuhi oleh mereka yang sedang menurunkan berat badan (BB). Sebaliknya, jus kerap dianggap cara ampuh untuk menurunkan bobot tubuh. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Ya, memang banyak sekali mitos diet yang keliru, tapi banyak dilakukan. Kuis yang dilakukan saat survei Herbalife Nutrition’s Asia Pacific Nutrition Myths Survey 2020 menemukan, 6 dari 10 orang sulit memutuskan apakah mitos-mitos tentang nutrisi dan berat badan yang banyak beredar adalah fakta ataukah mitos.
Berikut ini 5 mitos diet yang keliru, dan sanggahannya, berdasarkan siaran pers yang diterima OTC Digest.
Mitos 1: Diet ketogenik adalah cara sehat untuk menurunkan BB
Orang yang menjalani diet ketogenik atau diet keto mengonsumsi karbohidrat sangat sedikit, protein sedang, dan lemak sangat banyak. Tujuannya, memaksa tubuh untuk mengandalkan lemak sebagai sumber energi. Memang, cara ini bisa membantu menurunkan BB secara singkat. Namun dalam jangka panjang, tubuh bisa kekurangan berbagai vitamin, mineral dan serat yang terkandung dalam makanan sumber karbohidrat. BB pun akhirnya stagnan karena tubuh kekurangan banyak nutrisi penting.
Mitos 2: Cleansing diet dengan jus adalah strategi yang baik untuk menurunkan BB
Cleansing diet dilakukan dengan minum jus saja selama 3 atau 7 hari berturut-turut. Cara ini dianggap sebagai proses detoksifikasi, yang akan mengeluarkan racun dari tubuh sehingga proses metabolism tubuh dan pembakaran lemak bisa berjalan optimal. Sekilas, memang cara ini tampak sehat. Toh, sayur dan buah adalah makan sehat kan?
Tentu saja BB akan turun beberapa saat karena kalori yang masuk hanya sedikit. Namun di balik itu, tubuh pun akan kekurangan nutrisi. Massa otot akan berkurang karena tidak ada asupan protein. Begitu kita mulai makan seperti biasa, BB pun akan kembali naik. Yang terbaik, konsumsilah makanan dengan gizi seimbang dan beragam, dan sayur dan buah jadi bagian dalam pola makan sehari-hari. Sayur/buah dalam bentuk utuh sebenarnya lebih baik karena mengandung banyak serat, tapi boleh saja mengonsumsinya dalam bentuk jus sesekali, sebagai variasi agar tidak bosan.
Mitos 3: karbohidrat menambah BB
Karbohidrat adalah sumber energi tubuh. Berdasarkan anjuran nutrisi, karbohidrat sebaiknya menempati 40% dari total asupan energi dalam sehari. Tidak adil bila kita hanya menyalahkan karbohidrat sebagai “biang kerok” bertambahnya BB. Yang bertanggung jawab adalah asupan kalori yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik. Tentu, tidak tepat juga bila kita hanya mengandalkan karbohidrat sebagai makanan sehari-hari. Lagi-lagi, kembali ke prinsip gizi seimbang.
Untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, sebaiknya pilih karbohidrat kompleks seperti nasi merah, oat, roti gandum, sayur, serta biji-bijian. Ini pilihan yang lebih sehat ketimbang karbohidrat sederhana seperti nasi putih.
Mitos 4: puasa intermiten adalah cara efektif untuk menurunkan BB dan meningkatkan kesehatan untuk semua orang
Puasa intermiten (intermittent fasting) adalah istilah umum untuk menyebut puasa yang dilakukan secara berselang-seling. Diet OCD yang sempat booming beberapa tahun lalu termasuk puasa intermiten, karena memiliki jadwal makan yang terbatas dalam sehari. Puasa Senin Kamis yang dijalankan umat muslim juga bisa disebut sebagai puasa intermiten, karena dilakukan berselang-seling dalam seminggu.
Puasa intermiten memang bisa membantu menurunkan dan memelihara berat badan, serta menyehatkan tubuh. Namun perlu diperhatikan, mungkin tidak semua orang bisa melakukannya. Orang dengan kondisi tertentu seperti diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi, sebaiknya berdiskusi dahulu dengan dokter sebelum melakukannya. Harus dipastikan dulu bahwa penyakit-penyakit yang dimiliki sudah terkendali dengan baik, agar tidak terjadi kondisi yang membahayakan keselamatan. Diskusikan juga dengan dokter, bentuk puasa intermiten apa yang aman, karena kondisi tiap orang berbeda.
Mitos 5: diet sangat rendah lemak adalah cara terbaik untuk menurunkan BB
Jangan salah, lemak penting bagi tubuh kita. Lemak membantu untuk membangun membran sel, memproduksi hormon, serta menyerap beberapa vitamin (A, D, E, K). banyak diet rendah lemak hanya menggantikan kalori dari lemak dengan karbohidrat dan gula, tanpa meningkatkan kualitas makanan. Penelitian juga menemukan, penurunan BB dari diet sangat rendah lemak hasilnya minimal setelah tahun pertama. Ini menunjukkan bahwa diet ini tidak efektif untuk mengelola BB secara berkelanjutan.
Yuk, lebih cermat menyaring informasi mengenai nutrisi dan diet. Jangan sampai termakan mitos diet yang keliru, tanpa lebih dulu mengecek kebenarannya. Bukannya langsing, malah kesehatan kita bisa terancam. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Background photo created by freepik - www.freepik.com